MAGELANGEKSPRES.COM,WONOSOBO- Buang air besar sembarang di Kecamatan Sapuran masih cukup tinggi, mencapai 60 persen. Kebiasaan tersebut tidak lepas dari banyaknya air yang mengalir sepanjang tahun di hampir seluruh desa di Kecamatan Sapuran. “Kita masih tinggi, sekitar 60 persen BABS. Tapi upaya terus menekan angka itu jelas dilakukan, hingga 2020 nanti. Kita pastikan ada pengurangan secara signifikan, ” ungkap Camat Sapuran Edi Usman kemarin usai hadiri Deklarasi Germas Camatku di Lapangan Sapuran. Menurutnya, buang air di kolam, sungai atau saluran air yang mengalir sudah menjadi kebiasaan atau habit warga di kaki gunung Sumbing itu, namun secara perlahan sudah mulai digeser. Selain itu, kondisi pedesaan yang berada di kaki gunung serta pemukiman yang padat juga butuh strategi khusus. “Wilayah Sapuran itu di kaki gunung-gunung, air mengalir, pemukiman cukup rapat. Sehingga, secara teknis yang perlu perhatian khusus,” katanya. Untuk menekan kebiasanaan BABS diperlukan dua langkah yang harus simultan dilakukan. Pertama dari sisi perubahan pola pikir atau kesadaraan melalui sosialisasi terkait dampak dan bahaya BABS. Kedua terkait upaya teknis pembuatan jamban di masing-masing desa. “Untuk soal teknis ini kan perlu memperhatikan kondisi pemukiman dan juga kondisi kontur di masing-masing desa,” ucapnya. Baca Juga Diawali Friendship Run, 11 Ribu Pelari akan Ramaikan Borobudur Marathon 2019 Edi mengakui bahwa untuk desa-desa yang airnya kurang melimpah lebih cepat memahami pentingnya program jambansisasi dibandingkan dengan desa-desa yang airnya melimpah. Untuk itu, pemerintah kecamatan menggandeng desa untuk berkomitmen mengurangi BABS itu. “Salah satu cara yang kita lakukan, membangun komitmen dengan kades, dimana setiap kades dalam masa baktinya selama enam tahun. Harus jelas akan mengurangi berapa ratus orang dalam setiap tahun,” ucapnya. Dijelaskan, upaya menekan angka BABS tidak lepas dari upaya untuk mengelminiasi sejumlah penyakit menular serta menggerakan warga untuk menjalankan pola hidup bersih dan sehat. Sejumlah penularan penyakit salah satunya dari kebiasaan buang hajat sembarang. “Melalui germas ini, kita harapkan perilaku hidup bersih dan sehat menjadi kebiasaan warga. Sehat tidak mahal. Sedangkan sakit sudah pasti mahal,” pungkasnya. (gus)
Air Melimpah, 60 Persen Warga Sapuran Masih ‘Buang Hajat’ di Sungai dan Kolam
Sabtu 16-11-2019,02:45 WIB
Editor : ME
Kategori :