MAGELANGEKSPRES.COM,MAGELANG – Guna membantu data informasi tentang kontur tanah, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Magelang menguji kualitas tanah. Sebagian sampel tanah diambil dari lima titik di Kota Sejuta Bunga itu. Hasil inventaris dan status tanah ini sebagai bahan pertimbangan dan kajian Pemkot Magelang dalam membuat strategi kebijakan di masing-masing lokasi. Kepala Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan dan Konservasi SDA DLH Kota Magelang, Irwan Adhie Nugroho mengatakan, pengujian dilakukan dengan pengukuran di lokasi dan pengambilan sampel tanah. Lima titik pengujian ada di Kelurahan Kedungsari 3 titik, 1 titik di Wates, dan 1 titik di Kelurahan Tidar Selatan. ”Lokasi tersebut yang diambil, karena kontur tanah yang sangat miring. Kita mengambil contoh di lokasi yang berada di area kemiringan,” katanya, kemarin. Ia menyebutkan, ada lima parameter yang diambil dalam kegiatan ini. Antara lain lokasi koordinat, ketebalan solum (terdiri dari lapisan permukaan dan subsoil yang mengalami proses pembentukan tanah yang sama), derajat pelulusan air, PH (indikator tingkat asam), dan kebatuan permukaan. ”Tujuan dari kegiatan ini menginventarisir status kerusakan tanah akibat kegiatan produksi biomassa, membuat database berupa sistem informasi tentang kualitas tanah, dan membantu kepala daerah dalam pengambilan kebijakan pengelolaan tanah dengan memperhitungkan daya dukung lingkungan,” jelasnya. Sementara itu, Kepala Seksi Pencegahan Pencemaran Lingkungan dan Konservasi SDA, Umi Nadhiroh menambahkan, lewat penelitian itu, pihaknya akan mendapatkan hasil dari proses matching dan skoring. Baca Juga 497 Siswa Ikuti Tilawah Akbar SMP Mutual ”Dari proses matching dan skoring dari berbagai parameter kerusakan tanah, diperoleh hasil jika areal tanah yang diamati mempunyai status rusak ringan (R.I) dengan faktor pembatas berupa ketebalan solum dan derajat pelulusan air (R.I-s,p),” jelasnya. Proses matching dan skoring sendiri, katanya diawali dengan menghitung frekuensi relatif dari setiap parameter kerusakan tanah. Nilai frekuensi relatif tersebut merupakan nilai presentasi kerusakan tanah berdasarkan perbandingan jumlah contoh tanah yang tergolong rusak. ”Di antaranya hasil pengukuran setiap parameter kerusakan tanah yang sesuai dengan kriteria baku mutu kerusakan tanah, terhadap jumlah keseluruhan titik pengamatan yang dilakukan dalam polygon,” katanya. Dia menyebutkan, berdasarkan hasil analisis terhadap beberapa parameter yang diamati di lokasi titik sampling tanah, diketahui untuk parameter ketebalan solum memiliki frekuensi relatif sebesar 20 persen. Kemudian untuk parameter derajat pelulusan air memiliki frekuensi relatif sebesar 80 persen. ”Untuk parameter lainnya memiliki frekuensi relatif sebesar 0 persen, karena hasil pengukuran tidak ada yang melebihi ambang kritis yang berlaku,” jelasnya. Sedangkan untuk parameter ketebalan solum, katanya, relatif normal. Namun, terkait dengan parameter derajat pelulusan air yang mencapai frekuensi 80 persen tersebut disebabkan karena lokasi titik sampling masuk dalam kategori lahan kritis atau tanah yang memiliki kemiringan yang cukup terjal. “Hal inilah yang menyebabkan nilai derajat pelulusan air cukup tinggi,” tandasnya. Usai kegiatan pengujian ini, ke depan akan dilakukan penanam pohon di sekitar area Tuk Pecah Kelurahan Wates. Hal ini guna menstabilkan pelulusan air. “Rencana kita tanam 50 batang pohon dengan anggaran yang diusulkan tahun depan,” pungkasnya. (wid)
DLH Melakukan Uji Kualitas Tanah, Ambil Sampel di 5 Titik
Senin 30-11-2020,02:04 WIB
Editor : ME
Kategori :