DPR Dorong Pemerintah Perluas Penggunaan Gas Bumi

Kamis 31-10-2019,03:34 WIB
Editor : ME

MAGELANGEKSPRES.COM,JAKARTA- Pemerintahan Jokowi Jilid II didorong untuk lebih berani mengambil kebijakan di sektor energi. Pasalnya, pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla, ketergantungan terhadap energi impor masih sangat tinggi. Akibatnya neraca dagang Indonesia terus mengalami defisit lantaran impor migas yang besar. Anggota DPR dari Fraksi Golkar, Ridwan Hisyam berharap ke depan harus berani mengambil langkah-langkah yang bisa menekan ketergantungan pada impor migas. “Harus ada paradigma yang berbeda untuk lima tahun ke depan jika kita ingin memangkas ketergantungan pada energi impor. Presiden Jokowi dan menteri ESDM harus mengubah arah kebijakan agar gas bumi menjadi prioritas. Toh saat ini temuan migas Indonesia lebih banyak gas dibandingkan minyak,” kata Ridwan di Jakarta, Selasa (29/10). Menurut anggota DPR dari fraksi Golkar ini, terobosan pemerintah dengan menghadirkan B10, B20, B30 hingga rencananya sampai B100 merupakan langkah strategis dan positif. Namun akan lebih baik lagi jika potensi energi yang sudah ada dan terbukti lebih efisien dioptimalkan pemanfaatannya. Baca Juga Bakar Sampah, Seorang Kakek di Temanggung Tewas Terpanggang “Sayang jika gas bumi yang diproduksi di dalam negeri justru harus diekspor. Padahal jika dimanfaatkan untuk menggerakkan industri di dalam negeri bisa menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan nilai produk dalam negeri,” ujarnya. Data SKK Migas mencatat sampai September 2019 kilang LNG Bontang telah mengekspor sebanyak 52,5 kargo dan LNG Tangguh sebanyak 67,5 kargo. Maret lalu Kementerian ESDM juga telah menyetujui rencana ekspor LNG dari blok Tangguh ke Singapura sebanyak 84 kargo mulai tahun 2020. Ridwan mengatakan, optimalisasi gas domestik hanya bisa dilakukan jika pembangunan infrastruktur dapat dikerjakan secara lebih masif. Apalagi sumber gas bumi ke depan akan lebih banyak berada di Indonesia Timur seiring pengembangan Blok Tangguh Train III dan proses produksi Blok Masela. Nilai investasi dalam pengembangan blok Masela sendiri mencapai sekitar USD 20 miliar atau senilai Rp 280 triliun (kurs Rp 14.000/USD) dan menggunakan cost recovery yang berarti dibiayai APBN. “Seharusnya kita bisa mengalokasikan dana untuk membangun infrastruktur gas bumi ini. Cadangan gas kita lebih banyak kok. Jika tidak didukung infrastruktur gas, potensi energi di dalam negeri ini ya hanya akan di ekspor dan kita akan menggunakan energi impor yang lebih mahal untuk memenuhi kebutuhan energi di dalam negeri,” ucapnya. Sementara itu Mamit Setiawan, Direktur Eksekutif Energy Watch mengatakan, Menteri ESDM yang baru dapat fokus kepada pemanfaatan energi yang memiliki cadangan besar di Indonesia seperti gas bumi. Optimalisasi pemanfaatan gas bumi ini dinilai dapat menurunkan defisit neraca migas. “Pembangunan infrastruktur gas akan menjadi salah satu kunci keberhasilan menurunkan defisit migas. Sektor rumah tangga dan industri harus didorong untuk dapat beralih ke gas bumi,” kata Mamit. (jpg)

Tags :
Kategori :

Terkait