MAGELANGEKSPRES.KOTA MAGELANG siapa yang tak kenal dengan kota terkecil di Jawa Tengah ini. Tak hanya menjadi salah satu kota yang mengalami perkembangan pesat, Magelang merupakan salah satu Kota Tua di Indonesia.
Dahulu kala, Magelang diyakini sebagai pusat Kerajaan Mataram Kuno. Sebelumnya akhirnya dipindahkan ke Jawa Timur karena letusan Gunung Merapi.
Saat itu, Kerajaan Medang atau Mataram Kuno adalah negara yang mendominasi di Pulau Jawa. Pada abad 7 sampai 9 masehi, Medang jadi rival terbesar Kerajaan Sriwijaya di Jawa.
Dari temuan Prasasti Mantyasih, Magelang diyakini lahir pada 11 April 907 dan sekarang usianya 1.115 tahun. Awal mula Magelang ini ditandai dengan prasasti yang ditemukan di Kampung Meteseh, Kelurahan Magelang, Kecamatan Magelang Tengah. Hal ini menjadikan Magelang sebagai salah satu kota tertua yang ada di Indonesia.
Bangsa Indonesia telah melalui perjalanan panjang dalam banyak masa. Mulai dari berhasil bertahan di zaman purba hingga memasuki zaman kerajaan, lalu harus berjuang untuk melewati zaman penjajahan sampai akhirnya merdeka.
Semua periode masa mengandung nilai sejarah yang berbeda dan sarat makna. Menapaki berbagai situs heritage dapat membuka wawasan mengenai sejarah dan budaya. Selain itu juga untuk memacu dan menghargai perjuangan bangsa untuk memupuk rasa cinta tanah air.
Dengan begitu, sebagai bangsa tidak akan mudah tergoyahkan oleh konflik yang ada. Sebaliknya, masyarakat memiliki hasrat untuk senantiasa mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
[caption id=\"attachment_50507\" align=\"aligncenter\" width=\"344\"] WATU LUMPANG. Prasasti Mantyasih yang diyakini sebagai bukti sejarah kelahiran Kota Magelang masih terjaga rapi di kompleks Pendopo Mantyasih, Kampung Meteseh, Kelurahan Magelang.[/caption]
Jadi Kota Tua, Magelang Angkat Potensi Wisata Heritage
SEBAGAI salah satu kota tertua, tak ayal bila terdapat banyak peninggalan sejarah dan bangunan kuno di Kota Magelang. Berbagai bentuk bangunan ini kaya akan nilai sejarah dan peradaban sebuah bangsa. Seperti empat peninggalan sejarah yang kini berubah menjadi destinasi wisata baru di Kota Magelang
1. Pendopo Mantyasih
Pendopo Mantyasih dan pelatarannya kerap menjadi salah satu destinasi favorit para turis untuk liburan. Lokasinya yang berada dekat di samping aliran Kali Progo menampilkan pemandangan yang fantastis. Dari kawasan budaya ini, pengunjung dapat melihat nilai sejarah dan prasasti juga keindahan Gunung Sumbing.
[caption id=\"attachment_50503\" align=\"aligncenter\" width=\"261\"] foto : pendopo mantyasih[/caption]
2. Museum Diponegoro
Museum Pangeran Diponegoro terletak di kompleks Kantor Bakorwil II Kedu-Surakarta, Jalan Diponegoro. Museum ini adalah tempat di mana tokoh perlawanan terhadap Belanda ini ditangkap sebelum akhirnya diasingkan ke Manado. Di dalam museum tersebut terdapat peninggalan jubah Pangeran Diponegoro, kursi yang memiliki bekas genggaman tangan Sang Pangeran tatkala ditangkap Belanda secara licik.
[caption id=\"attachment_50504\" align=\"aligncenter\" width=\"300\"] foto : patung diponegoro[/caption]
3. Museum BPK RI
Berada satu kompleks dengan Museum Diponegoro, Museum BPK RI juga merupakan saksi sejarah terbentuknya BPK RI pertama kalinya. Dipilihnya Kota Magelang, karena mempunyai nilai historis dan tempat pertama kali terbentuknya BPK RI pada tahun 1947.
[caption id=\"attachment_50508\" align=\"aligncenter\" width=\"300\"] foto : museum BPK RI[/caption]
4. Gunung Tidar
Gunung Tidar adalah sebuah bukit yang menjulang di tengah Kota Magelang, dan memiliki tinggi 503 Mdpl. Walaupun tidak setinggi gunung-gunung lain yang ada di Pulau Jawa, Gunung Tidar memiliki sejarah dan keunikan yang tidak kalah dari gunung lainnya. Oleh masyarakat Jawa, gunung ini dijuluki sebagai pakunya tanah Jawa.
Di puncak gunung itu ada tiga makam keramat, makam pertama adalah makam Syekh Subakir yang konon merupakan penakluk Gunung Tidar. Kemudian makam Kyai Sepanjang, dan makam Kyai Semar yang konon merupakan tokoh pewayangan.
Syekh Subakir merupakan penakluk pertama Gunung Tidar dengan menaklukan para jin yang tinggal di sana. Selain itu, Syaikh Subakir merupakan generasi pertama penyebar ajaran Islam di Jawa yang diutus oleh kesultanan Utsmaniyah.
Tak jauh dari makam Syekh Subakir, terdapat situs makam lainnya yang merupakan makam dari Kyai Sepanjang. Sosok Kyai Sepanjang bukan merupakan tokoh orang, melainkan sebuah tombak berukuran panjang milik Syekh Subakir yang digunakan saat menghadapi jin penunggu Gunung Tidar. Saking panjangnya makam itu memiliki ukuran 7 meter.
[caption id=\"attachment_50505\" align=\"aligncenter\" width=\"300\"] foto : gunung tidar[/caption]
JALAN-jalan ke tempat bersejarah bisa menjadi kegiatan seru untuk dilakukan bersama keluarga selama liburan. Ini karena ada nilai-nilai luhur yang dapat dipelajari anak-anak dengan cara yang ringan.
Selain itu, melancong ke destinasi wisata budaya dan sejarah juga sebagai perwujudan rasa syukur dan kekaguman terhadap masa kemerdekaan saat ini. Tidak hanya itu, jika soal budaya, maka akan senantiasa meningkatkan rasa toleransi terhadap sesama.
Potensi wisata heritage (cagar budaya) disadari sebagai kawasan paling potensial di Kota Magelang untuk mengembangkan wilayah ini. Melihat usia Kota Magelang yang masuk dalam lima kota tertua di Indonesia menjadi pemikiran Walikota Magelang dr HM Nur Aziz, untuk menjadikan Kota Magelang sebagai satelit pariwisata. Mengingat tak hanya kaya sejarah, budaya dan keberagaman masyarakat sudah terjadi sejak dulu kala.
Bahkan zaman Kolonial Belanda, menjadikan Kota Magelang sebagai basis ekonomi dan militer. Betapa strategisnya Magelang, sehingga bangsa Eropa pun tertarik untuk membuat kota kecil ini sebagai poros di sejumlah sektor.
Dokter spesialis penyakit dalam itu menilai bangunan-bangunan bersejarah itu masih terawat dengan baik. Bahkan, banyak pula museum-museum yang merepresentasikan perjalanan dari waktu ke waktu.
Salah satunya, Museum Bumiputera, sebagai cikal bakal berdirinya asuransi pertama di Hindia Belanda. Kemudian Museum Diponegoro, yang menjadi saksi perjuangan Pangeran Diponegoro berakhir tatkala ditangkap Belanda secara licik di gedung eks-Bakorwil II Kedu Surakarta.
Selanjutnya Museum Jenderal Sudirman di Jalan I Made Suryani, yang menjadi persinggahan terakhir sang panglima besar tersebut. Masih ada lagi Museum Abdul Jalil di Akademi Militer, Museum OHD, Museum BPK RI, dan sebagainya.
Aziz yakin dengan sedikit promosi saja, bukan hal yang absurd bagi Magelang punya Kota Tua seperti di Jogjakarta dan Semarang sehingga akan mengundang daya tarik wisatawan domestik maupun mancanegara.
“Wisata heritage ini akan sangat populer jika dibantu promosi yang tepat. Masih banyak masyarakat yang belum tahu kalau Kota Magelang ini adalah kota tertua kedua di Indonesia,” paparnya.
Menurut Aziz, antara pariwisata dan peningkatan ekonomi kerakyatan adalah hal yang seiring sejalan. Ia yakin dengan kedatangan para turis lokal dan asing, akan memberikan keuntungan tersendiri bagi masyarakat.
“Jualan jadi semakin laris. Kulinernya juga mendapat keuntungan. Hal ini nanti yang akan kita terus kembangkan,” pungkasnya. (prokompim/kotamgl)