IDI Terkendala Validasi Data

Selasa 24-03-2020,06:15 WIB
Editor : ME

MAGELANGEKSPRES.COM,JAKARTA - Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) dr. Daeng M Faqih mengungkapkan ada tujuh dokter yang bertugas menangani wabah Virus Corona (Covid-19) di Indonesia meninggal dunia. Enam orang dokter di antaranya diduga meninggal dunia akibat terjangkit virus corona. Adapun satu dokter lainnya meninggal dunia akibat serangan jantung setelah mempersiapkan fasilitas kesehatan demi menghadapi Covid-19. ”Ada tujuh dokter yang meninggal. Enam karena positif corona dan satu dokter meninggal karena serangan jantung. Ini bukan data resmi yang dikeluarkan oleh pemerintah melainkan inisiatif kami,” kata dr. Daeng ketika dikonfirmasi Fajar Indonesia Network Senin (23/3). Enam dokter yang diduga meninggal akibat terjangkit Covid-19, yakni dr. Hadio Ali SpS, tercatat sebagai anggota IDI Jakarta Selatan meninggal di Rumah Sakit Persahabatan, dr Djoko Judodjoko SpB dari Bogor meninggal RSPAD Gatot Subroto, dr. Laurentius P SpKj. Selanjutnya dr. Adi Mirsa Putra Sp THT dari Bekasi meninggal di RS Persahabatan. Kemudian dr. Ucok Martin SpP. meninggal di rumah sakit Adam Malik Medan dan Prof Bambang Sutrisna dikabarkan meninggal Senin (23/3) pagi di RS Persahabatan. Adapun dr. Toni D Silitonga bukan meninggal akibat terpapar Covid-19. Dokter yang menjabat sebagai Kepala Seksi Penanggulangan Penyakit Menular Dinas Kesehatan Bandung Barat itu meninggal akibat kelelahan serta serangan jantung setelah mempersiapkan fasilitas kesehatan agar sigap dari ancaman virus corona dan edukasi masyarakat agar terhindar dari Covid-19. ”Info yang saya terima dr. Lorentius RS Grogol meninggal di Rs Mitra Keluarga, lupa tidak didiagnosis Covid-19 tetapi kami curiga Covid-19. Kemudian anak dan istrinya melakukan tes dan positif Covid-19. Informasi kawan-kawan di bawah kami mencurigai beliau terinveksi Covid-19,” beber dr. Daeng. Sekretaris Jendral PB IDI dr. Adib mengaku tidak memiliki data dokter dan perawat yang meninggal setelah menangani pasien Covid-19. Data tersebut seharusnya didapatkan dan dilaporkan kepada Juru Bicara Pemerintah yang menangani Covid-19 berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium swap (cairan) tenggorokan. ”Kita terus terang tidak mendapatkan data. Data itu harusnya didapat pada saat kemudian dilaporkan oleh Jubir Covid-19 pak Yulianto untuk yang terkonfirmasi positif dari hasil pemeriksaan swab tenggorokan,\" jelas Adib saat dihubungi. Bagi IDI, kata Adib data terkait dokter yang meninggal karena Covid-19 sangat penting agar ke depan untuk membuat pola penanganannya. ”Bagi kami itu penting supaya kita punya pola untuk kemudian lihat apakah ini yang positif. Dokter apalagi tenaga medis apakah memang karena ada riwayat contact ataukah ada riwayat perjalanan ataukan memang fasilitas kesehatan tempat mereka bekerja tidak ada atau kekurangan alat pelindung diri (APD) ataukah ada faktor penyakit penyerta yang memperberat kondisi dia sehingga akhirnya teman-teman kami meninggal,” paparnya. Diakui Adib IDI kesulitan dalam validasi data terkait penyebab dokter-dokter positif Covid-19 akhirnya meninggal. ”Itu bisa kita dapatkan dari Pemerintah terkait dengan data-data teman sejawat kami yang meninggal,” tuturnya. Dikatakan Adib banyak tenaga medis yang akhirnya diisolasi lantaran ada riwayat kontak dengan pasien positif Covid-19, muncul gejala (batuk, demam, sesak nafas dll). ”Pada saat dia ada riwayat kontak (pasien positif Covid-19), sudah muncul gejala dia langsung diisolasikan. Dia harus diistirahatkan selama 14 hari,” tuturnya. ”Itulah sekarang banyak baik itu di Jakarta, Surabaya, Malang itu banyak teman-teman kami (dokter) akhirnya diisolasikan karena pernah merawat yang positif dia mulai ada keluhan gitu. Karena dia merawat artinya isolasi dari kita. Artinya ada yang tinggal di hotel, menjauh dari keluarganya, tinggal di apartemen, keluarganya diungsikan dulu. Jadi itu sekarang terjadi teman kami di dokter. saya kira tenaga kesehatan lain perawat juga begitu,” terang Adib. Lebih lanjut ia menerangkan bahwa lama terpapar kemudian muncul gejala berbeda setiap orang. Hal itu kata Adib ditentukan oleh daya tahan tubuh setiap orang. Bahkan bagi seseorang yang memiliki daya tahan tubuh bagus meski terpapar virus corona ia tidak menunjukkan gejala. ”Tergantung daya tahan tubuh masing-masing. Atau dia memang terpapar tapi tidak menunjukkan gejala, karena daya tahan tubuhnya bagus atau bahkan terpapar tapi dia negatif, pemeriksaan hasil swabnya atau PCR nya negatif. Kembali lagi pada daya tahan tubuh masing-masing,\" pungkasnya. (dim/fin/ful)

Tags :
Kategori :

Terkait