MAGELANGEKSPRES.COM - Pada Pesan Indah Ramadhan ini, saya akan menyebutkan tentang hadits Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam yang berkaitan dengan puasa, karena Ramadhan sangat erat dengan puasa. Dalam sebuah hadits riwayat Bukhari dan Muslim, dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, Nabi Muhammad Shallallahu \\\'alaihi wa ala alihi wasallam bersabda, ❲ مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ ❳ \"Barang siapa yang berpuasa pada bulan Ramadhan karena iman dan karena ihtisaab, diampuni dosanya yang telah lalu.\" (HR. Bukhari no. 38 dan Muslim no. 760) Apa itu berpuasa karena imanan ( إِيمَانًا ) dan apa itu berpuasa karena ihtisaaban ( احْتِسَابًا )? Ini yang akan kita bahas. Penjelasannya saya tidak ambilkan dari kantong saya sendiri. Penjelasannya kita ambilkan dari perkataan para ulama-ulama terkenal, yang terkenal dengan: √ Keilmuannya √ Keshalihannya √ Kewara\\\'annya Sehingga kita bisa benar-benar berpuasa pada bulan Ramadhan ini, benar-benar karena iman dan karena ihtisaaban sehingga menghasilkan pahala. غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِن ذَنبِهِ \"Diampuni dosanya yang telah lalu.\" Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani rahimahullah di dalam kitab beliau yang sangat fenomenal dan beliau ini ulama bermadzhab Syafi\\\'i yang sangat fenomenal kitabnya Fathul Bari Syarh Shahih Bukhari. Beliau mengatakan, الْمُرَادُ بِالْإِيْمَانِ \"Yang dimaksud dengan keimanan\" الْإِعْتِقادُ بِفَرْضِيَّةِ صَوْمِهِ \"meyakini kewajiban puasanya.\" Oleh karena itu wahai kaum muslimin, jika anda pada hari ini berpuasa Ramadhan agar mendapatkan pahala dan diampuni dosa yang telah lalu -dan semua kita memerlukan akan hal itu- maka kita harus, saat berpuasa meyakini di dalam hati dengan seyakin-yakinnya bahwa puasa tersebut diwajibkan. Jangan cuma ikut-ikutan. Orang menahan makan, minum, bersetubuh, dari mulai terbit fajar kedua sampai terbenam matahari dia hanya ikut-ikutan, tidak. Tapi dia menyakini di dalam hati kewajiban puasa tersebut. وَبِالْاِحْتِسَابِ: طَلَبُ الثَّوْبِ مِنَ اللهِ تَعَالَى \"Dan yang dimaksud dengan berpuasa karena ihtisaab adalah berharap pahala dari Allah.\" Jangan lupa, ketika anda menahan makan dan minum dan seluruh yang membatalkan puasa dari mulai terbit fajar kedua sampai terbenam matahari, maka berharaplah pahala dari Allah agar puasa kita mendatangkan ampunan atas dosa-dosa kita yang telah lalu. Itu Imam Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-Asqalani. Kemudian, وَقَالَ الْخَطَّابِيْ: Kata Al-Hafidz Ibnu Hajar, Imam Al-Khattabi rahimahullah Ta’ala berkata: اِحْتِسَابًا أَيْ عَزِيْمَةٌ Yang dimaksud berpuasa karena ihtisaab (yang dalam bahasa Indonesianya berharap pahala) عزيمة \\\'adzhiimah yaitu \"tekad bulat\". وَهُوَ أَنْ يَصُوْمَهُ عَلَى مَعْنَى الرَّغْبَةِ فِيْ ثَوَابِهِ، طِيْبَةَ نَفْسِهِ بِذَلِكَ غَيْرَ مُسْتَثْقِلٍ لِصِيَامِهِ وَلَا مُسْتَطِيْلٍ لِأَيَّامِهِ Yaitu hendaklah dia berpuasa dengan menginginkan pahala dari Allah, dengan hati yang lapang, tidak merasa berat saat berpuasa, tidak merasa hari terlalu panjang saat berpuasa. Ini yang dimaksud ihtisaaban kata Imam Al-Khattabi rahimahullah. Dia berpuasa menginginkan pahala dari Allah Subhanahu wa Ta\\\'ala dengan perasaan yang nyaman, tidak merasa berat saat berpuasa dan tidak merasa panjang hari-hari saat dia berpuasa. Kemudian Imam Al-Munawi rahimahullahu Ta\\\'ala di dalam Kitab beliau Faidhul Qadir mengatakan, مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيْمَانًا تَصْدِيْقًا بِثَوْبِ اللهِ أَوْ أَنَّهُ حَقٌّ، وَاحْتِسَابًا لِأَمْرِ اللهِ بِهِ، طَالِبًا الْأَجْرَ أَوْ إِرَادَةَ وَجْهِ اللهِ لَا لِنَحْوِ رِيَاءٍ، فَقَدْ يَفْعَلُ الْمُكَلَّفُ الشَّيْءَ مُعْتَقِدًا أَنَّهُ صَادِقٌ لَكِنَّهُ لَا يَفْعَلُهُ مُخْلِصًا بَلْ لِنَحْوِ خَوْفٍ أَوْ رِيَاءٍ. Kata Imam Al-Munawi dalam kitab beliau Al Faidhul Qadir, beliau mengatakan, \"Barang siapa yang berpuasa Ramadhan karena iman\", maksudnya adalah mempercayai pahala dari Allah atau mempercayai bahwasanya puasa itu benar syariatnya dari Allah, itu maksudnya. Hampir sama tadi, mempercayai bahwa puasa tersebut benar syariatnya dari Allah. Dan ihtisaaban [ إحتسابا ] maknanya adalah berharap pahala karena mengerjakan perintah Allah, mencari pahala atau menginginkan wajah Allah dari puasa tersebut, bukan karena ada sebab riya. Karena kata beliau, kadang seorang hamba mengerjakan sebuah amalan, dia menyakini bahwasanya dirinya, bahwasanya amalan tersebut benar datang dari Allah akan tetapi dia tidak mengerjakannya dengan ikhlas, akan tetapi dia mengerjakan karena rasa riya. Ini hati-hati !! Puasanya bukan hanya sekedar ikut-ikutan, akhirnya tidak meyakini kewajiban tersebut benar datang dari Allah, atau tidak berharap di dalam hati pahala dari Allah. Tetapi malah ingin riya, ingin dipuji orang, ingin disanjung orang, ingin dapat penghargaan dari orang lain. Imam An-Nawawi rahimahullah Ta\\\'ala mengatakan, مَعْنَى إِيْمَانًا تَصْدِيْقًا بِأَنَّهُ حَقٌّ: مُقْتَصِدٌ فَضِيْلَتَهُ Yang dimaksud dengan berpuasa karena iman adalah seseorang mempercayai bahwasanya syariat puasa tersebut benar adanya dan bermaksud mendapatkan pahala puasa tersebut. Itu maksudnya. Benar datangnya dari Allah; meyakini dalam hati bahwa syariat puasa tersebut benar datangnya dari Allah. Itu harus selalu kita tegakkan. Dan makna ihtisaaban [ احْتِسَابًا ], yang dimaksud dengan ihtisaaban adalah: أَنَّهُ يُرِيْدُ اللهَ تَعَالَى لَا يَقْصُدُ رُؤْيَةَ النَّاسُ وَلَا غَيْرَ ذَلِكَ مِمَّايُخَالِفُ الْإِخْلَاصَ Bahwa dia menginginkan pahala dari Allah, tidak bermaksud ingin dilihat oleh manusia atau selainnya yang menyelisihi keikhlasan dalam beribadah kepada Allah. Ini adalah Pesan Indah Ramadhan pertama. Semoga kita benar-benar berpuasa karena iman, mempercayai itu syariat datang dari Allah. Dan karena ihtisaaban; • benar benar berharap pahala dari Allah, • tidak riya\\\', • benar-benar mengerjakannya dengan semangat mengharapkan pahala besar dari Allah Subhanahu wa Ta\\\'ala. Tunggu pesan yang berikutnya. (disampaikan Ustadz Ahmad Zaenuddin Al Banjary, Lc dalam kajian online GIS)
Inilah Pahala bagi yang Berpuasa Ramadhan karena Iman dan Ihtisaab
Selasa 05-04-2022,13:19 WIB
Editor : ME
Kategori :