Jadi Destinasi Baru, TPA Sanggrahan di Kranggan Makin Ramai Dikunjungi Pelajar

Rabu 20-04-2022,20:58 WIB
Editor : ME

TEMANGGUNG, MAGELANGEKSPRES.COM– Kabupaten Temanggung saat ini telah “resmi” memiliki destinasi wisata baru yang mulai banyak dikunjungi oleh berbagai pihak. Berlokasi di Kecamatan Kranggan, tempat tersebut dinamai TPA atau Tempat Pembuangan Akhir Sanggrahan. Tempat sampah? Ya, jangan kaget. TPA Sanggrahan merupakan tempat pembuangan sampah akhir yang memiliki luasan mencapai 4 hektare lebih. Sejauh mata memandang hanya hamparan layaknya gurun berisi tumpukan sampah, lengkap dengan para pemulung yang ada di dalamnya. Belakangan ini memang TPA Sanggrahan beramai-beramai didatangi oleh para pengunjung mulai pelajar, mahasiswa, beragam komunitas, maupun paguyuban yang ingin melihat langsung bagaimana aktifitas di pusat pembuangan sampah hingga bagaimana metode pengelolaan sampah agar lebih bermanfaat di tempat ini. “Seiring gencarnya program yang baru saja dicanangkan bernama “Gerakan Temanggung Bebas Sampah” oleh pemerintah setempat, banyak kalangan warga masyarakat mulai berbondong-bondong ingin menyaksikan TPA Sanggrahan dari dekat termasuk belajar bagaimana pengelolaan sampah di tempat ini,” ujar Sekretaris Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman, dan Lingkungan Hidup (DPRKPLH) Kabupaten Temanggung, Edi Purnomo, Rabu (20/4). Lanjut Edi, terdapat beberapa hal yang dapat ditemui oleh pengunjung yang datang. Mulai melihat proses datangnya sampah dari berbagai penjuru wilayah, aktifitas para pemulung dalam memungut barang yang masih dapat dijual di antara gunungan sampah, mempelajari proses biogas, pengolahan limbah dan sampah, hingga pemanfaatannya bagi masyarakat dan lingkungan. Namun yang dianggap paling memiliki daya tarik adalah Instalasi Pengolahan Akhir Limbah (IPAL) dan Instalasi Pengolahan Limbah Tinja dimana keduanya merupakan teknik mekanisme pengolahan sampah yang masuk menjadi pupuk organik yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar sekaligus mencegah pencemaran lingkungan. “Kalau IPAL adalah bagaimana kami mengolah air sampah yang masuk, biasanya memiliki warna hitam pekat, menjadi pupuk cair yang aman bagi lingkungan. Sedangkan IPLT adalah sebuah kolam besar tempat mengolah tinja yang masuk dari seluruh Temanggung menjadi pupuk nan bermanfaat,” urainya. Pihak dinas mengakui bahwa sejauh ini sampah masih menjadi problematika khusus. Lantaran saban hari terdapat 100 hingga 130 ton sampah dari masyarakat se Kabupaten Temanggung yang masuk ke TPA Sanggrahan. Sehingga dibutuhkan suatu cara agar gunungan sampah tidak menjadi sebuah bom waktu yang berimbas pada pencemaran lingkungan di kemudian hari. “Untuk mengurai masalah sampah kita butuh sebuah teknologi khusus yang terus diupayakan sampai saat ini. Dan yang pasti, perilaku masyarakatnya sendiri harus mulai membantu cara mengurai tumpukan sampah menjadi lebih bermanfaat. Karena salah satu langkah upaya kami yang paling memungkinkan sejauh ini hanyalah perluasan lahan TPA sekitar 2,5 hektare agar sampah masih bisa tertampung,” urainya. Okky, salah seorang pengajar dari SMK Negeri Tembarak yang mengantar siswa-siswinya menggelar kunjungan ke TPA Sanggrahan mengaku, mereka sengaja datang ke lokasi tersebut guna mempelajari bagaimana proses pengolahan dan pengeloaan sampah sehingga tidak terus-menerus menjadi tumpukan, akan tetapi justru mampu lebih bermanfaat bagi masyarakat dan lingkungan sekitar. “Yang kami pelajari adalah terkait perilaku hidup berkelanjutan dengan belajar proses sampah datang sampai pengelolaan. Seperti sebuah museum edukasi alam terbuka yang luar biasa bermanfaat bagi murid kami. Dengan melihat dan mengenal secara langsung ke lokasi, kami berharao anak-anak mampu menjadi pioner pengelolaan sampah dengan baik dan benar di lingkungan masing-masing,” pungkasnya. (riz)

Tags :
Kategori :

Terkait