KUBE Mojotengah Diluncurkan, Naungi 47 Usaha

Jumat 31-01-2020,02:40 WIB
Editor : ME

MAGELANGEKSPRES.COM,WONOSOBO – Program Keluarga Harapan (PKH) Wonosobo meluncurkan terbentuknya Kelompok Usaha Bersama (KUBE) se-Kecamatan Mojotengah di Balai Kelurahan Kalibeber, Kamis (30/1). Agenda Launching  itu diisi tasyakuran atas terbentuknya sejumlah 47 KUBE yang tersebar di 16 desa dan 3 kelurahan di wilayah kecamatan setempat. Agenda itu disaksikan para ibu perwakilan Kelompok PKH se-Mojotengah, kepala desa se-Mojotengah, beberapa kepala seksi di Dinsos, Koordinator PKH Kabupaten Wonosobo Sugiyono, dan Supervisor PKH Kabupaten Wonosobo Sri Saptaningsih. “Tema yang diusung dalam acara ini adalah Sukses Berwirausaha dengan KUBE menuju KPM Sejahtera Mandiri. Dalam acara ini juga menghadirkan tiga KPM (Keluarga Penerima Manfaat) yang sudah lepas dari bantuan sosial PKH karena memiliki usaha. Ini disebut Graduasi Mandiri untuk kemudian diberikan sertifikat sebagai bentuk apresiasi kepada ibu-ibu KPM yang sudah berhasil lepas dari bantuan,” ungkap Nada Dianti salah satu Pendamping PKH. Baca Juga Korban Tabrak Lari di Temanggung, Ibu dan Anak Meninggal Dunia Dalam agenda itu juga dilakukan pemaparan tentang profil KUBE se-Kecamatan Mojotengah dan ditandai pemotongan tumpeng sebagai simbol diresmikannya 47 KUBE di Kecamatan Mojotengah. Disampaikan Koordinator PKH Kabupaten Wonosobo Sugiyono, diharapkan dengan adanya acara ini bisa memotivasi ibu-ibu KPM untuk mengembangkan usaha guna menuju KPM Sejahtera Mandiri. “Di agenda ini, perwakilan Graduasi Mandiri Sejahtera KPM PKH Kecamatan Mojotengah mendapatkan piagam penghargaan. Ini sebagai bukti bahwa KPM PKH tersebut telah mentas dari ketidakberdayaan menjadi berdaya. Sehingga merubah keadaan keluarga pra sejahtera menjadi keluarga sejahtera,” ungkapnya. Tiga dari KPM yang mewakili Graduasi Mandiri Sejahtera ialah Khusmiyah dari dusun larangan Mojosari yang kini memiliki usaha pembuatan pati. KPM lainnya ialah Isti Farichah asal Mudal yang mengelola usaha warung kelontong. KPM ketiga ialah Hanifah yang berasal dari Kebrengan sebagai penjual Dawet yang dengan bijak mengelola hasil berdagang dan bertani hingga akhirnya memutuskan mundur dari PKH. “Selain usaha warung kelontong kami juga mampu menyisihkan bantuan untuk merintis usaha pertamini,” ungkap Isti. (win)

Tags :
Kategori :

Terkait