KOTA MAGELANG, MAGELANGEKSPRES.COM-Publik mungkin belum begitu mengenal \\\'kampung pemulung\\\' yang berada di RT 2, RW 2 Kampung Gumuk Sepiring, Kelurahan Tidar Utara, Magelang Selatan. Sebenarnya, eksistensi masyarakat dengan kesamaan pekerjaan sebagai pemulung dan tukang rosok tersebut sudah ada di Kota Magelang sejak tahun 2018 silam. Namun, baru tahun ini, para penghuninya akan mendapat sentuhan program unggulan Pemkot Magelang di bawah kepemimpinan dr Muchamad Nur Aziz dan KH M Mansyur. Program Pemberdayaan Masyarakat Maju Sehat dan Bahagia (Rodanya Mas Bagia) merupakan strategi Pemkot Magelang mewujudkan masyarakat yang berdaya. Secara eksplisit program ini memberikan pelatihan manajerial bagi warganya. Berasal dari dan untuk masyarakat, program ini dikembangkan, sehingga mempersepsikan warga sebagai pimpinan atau direktur dalam sebuah perusahaan. Lewat kucuran dana APBD 2022, Pemkot Magelang mengalokasikan Rp30 juta per tahun tiap rukun tetangga (RT). Dari tiap RT itu pula, masyarakat dibebaskan untuk mengusulkan (perencanaan), mengajukan proposal, pencairan dana tersebut, sampai dengan laporan pertangggungjawaban. Masyarakat yang tinggal di Kampung Gumuk Sepiring pun begitu antusias menjadi bagian perolehan dana Rodanya Mas Bagia. Terlebih di 20 rumah yang dihuni 22 kepala keluarga (KK) itu akan segera menikmati dampak positif pembangunan pemerintah. Sebab, selama hampir 4 tahun, mereka terisolasi karena keterbatasan akses dan fasilitas umum. ”Kami menikmati listrik dan air bersih itu baru dua tahun yang lalu. Sedangkan akses kendaraan sama sekali tidak bisa masuk,” kata Sri Mulyadi (52) warga Kampung Gumuk Sepiring. Dia dan warga lainnya, menantikan Rodanya Mas Bagia bisa \\\'menggelinding\\\' ke kampungnya, sehingga membebaskan masyarakat yang selama ini terisolasi. Termasuk salah satunya, program dari Dinas Perumahan dan Kawasan Pemukiman (Disperkim) berupa Pembangunan Perumahan Berbasis Komunitas (P2BK). ”Mulai April nanti 8 rumah akan direnovasi dibuat permanen dari bantuan Disperkim. Totalnya nanti ada 20 rumah, tapi secara bertahap. Yang pertama 8 dulu. Masyarakat sini tidak iri, kita tetap kompak, menunggu sampai program ini mencakup semua warga,” ujarnya. Sri Mulyadi ingin, Rodanya Mas Bagia di tahun pertama ini mampu dimanifestasikan kemudahan warga mendapatkan akses. Sebab, sejak adanya kampung itu, ia mengaku belum pernah sama sekali mendapat bantuan dari APBD. ”Belum ada bantuan. Harapannya akses dibangun dulu, sehingga masyarakat bisa mudah kalau bekerja,” katanya. Dirinya juga meminta, Dinas Sosial (Dinsos) untuk mendata kembali masyarakat setempat. Pasalnya, masih ada dua KK yang hingga kini belum terdata di Program Keluarga Harapan (PKH). ”Karena tidak masuk di PKH, anak saya yang sekolah susah sekali bisa mendapatkan Kartu Indonesia Pintar (KIP). Harapan saya, ada kemudahan untuk mendapatkannya, sehingga anak saya bisa terus sekolah,” ucapnya. Urip (32) warga lainnya, mengatakan jika warga Kampung Gumuk Sepiring, mayoritas bekerja sebagai pemulung dan tukang rosok. Sebagian juga ada yang menjadi pedagang asongan. ”Kami tinggal di Kota Magelang sudah lebih dari 20 tahun yang lalu. Tapi tahun 2018 lalu, kami diminta pindah di Rusunawa. Terus terang, kami menolak, karena khawatir barang-barang hasil pekerjaan kami ini akan menimbulkan kawasan kumuh di Rusunawa,” terangnya. Puluhan bangunan rumah saat ini, memang semuanya masih berbahan kayu. Jangankan untuk mendapatkan kehidupan yang sehat, untuk mendapatkan air bersih saja, terkadang mereka kesusahan. ”Kalau musim hujan seperti sekarang, kadang-kadang air sumur keruh. Beruntung PDAM sudah masuk ke sini,” akunya. Kampung pemulung dengan segala keunikan di Kota Magelang ini rupanya menyulutkan langkah Walikota dr Muchamad Nur Aziz untuk berkunjung ke sana, melalui kegiatan \\\'Ngopi Bareng Pak Wali\\\' 8 Maret lalu. Di Kampung Gumuk Sepiring, Kelurahan Tidar Utara, Walikota langsung menganggarkan renovasi senilai Rp35 juta per rumah berasal dari program CSR dari Bank Jateng. Sedangkan pembangunan akses jalan dianggarkan tahun 2023. ”Total anggaran untuk pembangunan Kampung Gumuk Sepiring diperkirakan menelan biaya Rp700 juta-800 juta. Anggaran Pemkot Magelang masih cukup, kalau kita betul-betul menganggarkannya. Kami ingin warga di sini nyaman, menikmati fasilitas yang ada, seperti kesehatan gratis dan sebagainya. Tidak ada perbedaan dengan masyarakat yang tinggal di pusat kota,” jelasnya. Sementara itu, Kepala Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman (Disperkim) Kota Magelang, Bowo Adrianto menjelaskan, perumahan warga Kampung Gumuk Sepiring bermula ketika Pemkot Magelang hendak membangun Pasar Induk di lahan bengkok di kawasan Canguk pada 2017 silam. Saat itu Pemkot Magelang membutuhkan lahan untuk merelokasi 44 KK yang sebelumnya tinggal lahan bengkok tersebut. Dalam perjalanan, 17 KK di antaranya memilih mengontrak rumah di sekitar Kelurahan Rejowinangun dan 4 KK tinggal di rumah susun sederhana sewa (rusunawa) Tidar. ”Sedangkan 27 KK patungan membeli tanah di Kampung Gumuk Sepiring ini. Luasnya 2 hektar dibagi 27 KK, ketika itu harganya Rp180 juta,” jelas Bowo. Dia menyebut total anggaran yang dibutuhkan untuk memperbaiki permukiman ini mencapai Rp800 juta. Termasuk biaya membuka akses jalan dan membuat jembatan di atas Sungai Kedali. ”Untuk akses jalan kita akan manfaatkan lahan-lahan bengkok yang tersedia di sekitar kampung ini,” sebut Bowo. (prokompim/kotamgl/des)
Menanti Pergerakan \\\'Rodanya Mas Bagia\\\' di Kampung Pemulung Kota Magelang
Senin 14-03-2022,06:01 WIB
Editor : ME
Kategori :