MAGELANGEKSPRES.COM,WONOSOBO – Meskipun momentum Ramadan menjadi salah satu harapan terbesar untuk mendongkrak penjualan meuble bekas maupun baru, tahun ini menjadi yang paling kelam sepanjang 10 tahun terakhir. Hal itu diungkapkan salah satu pengusaha meuble bekas dan rekondisi, Hendarto. Ia kewalahan dalam menampung pasokan barang dari para rekanannya. Maklum sudah dua bulan lebih, angka penjualan semakin lesu, dengan banyaknya pembatasan aktifitas ekonomi masyarakat. Bahkan Hendarto mengaku penjualan sudah turun 70 persen sejak sebulan terakhir. “Untuk yang titip jual di sini masih kami terima, selama tempat masih mencukupi dan untuk yang bahan dasar kayu. Sementara untuk springbed maupun yang berbahan kain kami tiadakan dulu karena penyimpanannya lebih sulit, termasuk sofa-sofa. Apalagi musim pandemi ini harus lebih hati-hati,” kata pengusaha yang sudah 15 tahun lebih menggeluti usaha meuble bekas. Meskipun penjualan untuk perkantoran masih berjalan, namun pihaknya harus bertahan dengan keuntungan yang minim. Mengingat saat ini pendapatan masyarakat juga tengah berkurang drastis akibat adanya penutupan akses hingga diliburkannya usaha-usaha yang biasanya ramai di momentum Ramadan. Baca Juga Polsek Salaman Gagalkan Peredaran 10 Kg Obat Mercon “Kalau yang sudah-sudah, tren di bulan puasa naik, ada yang tukar tambah ada juga yang beli untuk isi-isi rumah. Tahun kemarin penjualan spring bed maupun kasur busa bekas cukup bagus, tapi sekarang ada larangan mudik sehingga tidak ada yang cari. Untuk meja kursi juga hampir tidak ada yang beli, karena mungkin uangnya sedang tidak ada juga, padahal sudah kami turunkan harga agar balik modal saja. Kami bertahan dengan jasa servis meuble sekarang,” ungkapnya. Hal senada juga diakui Turyanto, salah satu pengelola usaha meuble yang mendatangkan barang dari berbagai daerah termasuk jati dari Jepara. Diungkapkan Yanto, penjualan meuble terutama untuk set lengkap sudah mendekati nol dalam sebulan terakhir. “Akhir April sampai hari ini belum ada pembeli sama sekali untuk set meja kursi. Beberapa hanya tanya harga atau mencari perabot untuk kamar. Itu pun tidak banyak. Selama lima tahun terakhir, ini yang paling parah menurut saya. Bisa jadi sampai Juli masih lesu. Kami juga mulai menghentikan pasokan dari luar dan bertahan dari reparasi rumah ke rumah. Kami juga kehilangan pelanggan untuk barang antik, seperti perabot dari tahun 1900-an,” pungkasnya. (win)
Meuble Lesu, Terpaksa Turunkan Harga untuk Bertahan
Kamis 14-05-2020,02:45 WIB
Editor : ME
Kategori :