Nyadran Suran Giyanti Digelar Sederhana

Sabtu 12-09-2020,02:28 WIB
Editor : ME

MAGELANGEKSPRES.COM,WONOSOBO – Tiap tahunnya Dusun Giyanti (Njanti) Desa Kadipaten Kecamatan Selomerto selalu mengundang siapapun yang ingin mengikuti peringatan Nyadran Suran yang digelar akbar. Namun, kali ini bisa dikatakan hampir tidak ada perayaan apapun. Dusun ikon seni, budaya, dan perekam sejarah Topeng Lengger serta berbagai kesenian lokal itu kini menggelar nyadran suran hanya untuk warga setempat. “Kekayaan seni dan budaya di dusun ini semoga bisa menjadi contoh bagi dusun dan desa lain dalam nguri-uri budaya Jawa dan berbagai upaya pelestariannya. Di momentum pandemi ini, kami juga menyederhanakan peringatan suran dengan tidak membuka masyarakat umum untuk menonton dan tidak menggelar pementasan seperti tahun-tahun sebelumnya,” kata Kepala Dusun Giyanti, Subartan yang membuka agenda Nyadran Jumat Kliwon pagi (11/9). Baca Juga Harga Hasil Tani Anjlok, Polsek Kalikajar Borong Sayuran 300 Kg Kepala Desa Kadipaten, Heri Basuki menyebut, sebagai desa percontohan oleh Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Wonosobo memang terpaksa tidak menggelar agenda besar-besaran.  Diharapkan lewat agenda nyadran yang terbilang istimewa itu masyarakat bisa semakin guyup rukun, aman damai, dan tentram tanpa halangan dan segera terbebas dari wabah yang masih ada di Wonosobo. “Dengan nyadran ini semoga menjadi sebuah refleksi bagi kita semua dan memang desa belum bisa membantu untuk menganggarkan karena kondisi pandemi. Kami tak henti-hentinya mengingatkan di desa untuk selalu patuhi protokol kesehatan untui bisa terhindar dari covid. Sehingga di agenda nyadran ini juga diwajibkan mematuhi protokol, termasuk mengenakan masker. Warga yang tidak patuh diminta untuk pulang,” ungkapnya. Sementara itu, Sekretaris desa Kadipaten, Tatag Taufani Anwar menyebut, jumlah tenong yang kini dihidangkan tak lebih dari 120 buah, berbeda dari biasanya yang mencapai jumlah 500 lebih. Itu pun bentuk swadaya masyarakat yang dimaksudkan untuk dirayakan bersama keluarganya masing-masing. “Karena adanya pandemi covid sesuai himbauan belum boleh udang massa dan Ini internal dusun tetap silaksanakan dengan patuhi protokol. Peringatan di Njanti ini Biasanya sampai seminggu full ada pementasan mulai dari wayang, ketoprak, lengger dan berbagai kesenian dari banyak wilayah. Tapi  kali hanya pentas sederhana malam jumat hanya ditonton warga dusun sebagai ritual, selain itu di puncak acara tidak ada rebutan isi tenong, namun doa bersama dan diawali semalam doa lintas agama di pendopo Kertojanti,” ungkapnya. (win)

Tags :
Kategori :

Terkait