PLN Butuh 106 Juta MT Batubara

Jumat 27-12-2019,04:00 WIB
Editor : ME

MAGELANGEKSPRES.COM,JAKARTA – Tingginya permintaan terhadap daya listrik kian menambah panjang deretan beban yang harus ditangung oleh PT Perusahaan Listrik Negara (PLN). Problemnya yang harus ditanggung mengadapi awal tahun, sudah di depan mata. Salah satunya kebutuhan batubara yang menembus angka 106 juta metrik ton (MT). PLN sangan menyadari tingginya kebutuhan tersebut. Kalkulasi menanjak 10,41 persen untuk 2020 dibandingkan tahun 2019. ”Ini sejalan penambahan kapasitas Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Tahun depan kebutuhan batubara untuk menggerakkan PLTU ya hitungannya naik sampai 10,41 persen (106 juta metrik ton),” ungkap Manajer Senior Satuan Batubara PLN Tri Joko, kemarin (26/12). Hitungan lain, sambung Tri, jumlah tesebut masih sesuai dengan rentang target dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN 2019-2028. \"Tahun 2019 kebutuhan batubara PLN sebesar 96 juta MT. Nah kalau dihitung realisasi pemakaian batubara sampai awal Desember ya sekitar mencapai 89,72 Juta MT atau 93,45% dari target,” jelasnya. Lalu apakah beban ini, sebenarnya tidak lagi bisa ditanggung PLN?, Tri menegaskan voleme kebutuhan tidak ada masalah. ”Kalau itu aman. Semua sesuai target, dan kenaikan pun sudah bisa diprediksi dan terpenuhi,” imbuhnya. Dalam kondisi ini, Tri menyebut bahwa PLN juga sudah mengamankan pasokan batubara untuk tahun 2020. Sebab, kata Tri, pengadaan batubara untuk keperluan setrum PLTU ini sudah terkontrak. Sayang, Tri enggan mendetailkan dengan perusahaan mana saja PLN telah berkontrak untuk memasok batubara. \"Ya semua sudah terkontrak. Seperti yang saya sampaikan tadi, InsyaAllah pasokan 2020 aman,\" terangnya. Terpisah, Direktur Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian ESDM Bambang Gatot Ariyono menyatakan bahwa volume DMO yang terus meningkat setiap tahun memang dimaksudkan untuk menjaga ketersediaan batubara domestik. Terutama untuk mengantisipasi pertumbuhan kebutuhan bagi industri maupun kebutuhan pembangkit listrik yang kian menanjak. \"Lho tentu saja kita ingin fair. Ini kan dalam upaya menjaga pasokan. Menjaga pertumbuhan energi dari pembangkit yang terus naik,\" singkat Bambang. Untuk diketahui, kebutuhan batubara PLN dipasok dari dua sumber. Pertama, yang diadakan oleh manajemen PLN Pusat dengan kontrak jangka panjang. Sisanya, dilakukan anak usahanya, yakni PLN Batubara. Namun, PLN Batubara hanya memasok sebesar 28%-30% saja. Sementara porsi terbesar hingga 70% dipenuhi dari kontrak dengan perusahaan batubara. Pada tahun 2018 lalu, realisasi penyerapan batubara untuk kelistrikan mencapai 91,1 juta ton. Nah, menurut data dari Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI), sekitar 90% dari kebutuhan batubara PLN pada tahun 2018 hanya dipasok oleh delapan perusahaan, yakni PT Bukit Asam, Kaltim Prima Coal, Arutmin Indonesia, Adaro Indonesia, Kideco Jaya Agung, Berau Coal, ITMG, dan Titan. Di sisi lain, pemerintah menjamin pasokan batubara untuk dalam negeri, khususnya bagi kebutuhan kelistrikan. Meski harga patokan untuk kelistrikan sebesar US$ 70 per ton akan habis pada akhir tahun ini dan belum ada keputusan resmi tentang keberlanjutannya, namun volume pasokan wajib dalam negeri alias Domestic Market Obligation (DMO) dipastikan meningkat. Untuk tahun 2020, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memasang target kuota (DMO) sebesar 155 juta ton. Jumlah tersebut meningkat dibandingkan dengan rencana DMO di tahun ini yang berada di angka 128 juta ton. Kasubdit Pengawasan Usaha Operasi Produksi dan Pemasaran Batubara Ditjen Minerba Kementerian ESDM Dodik Ariyanto menyampaikan, 70% atau 109 juta ton dari rencana volume DMO di tahun depan dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan PLN. (fin/ful)

Tags :
Kategori :

Terkait