MAGELANGEKSPRES.COM,WONOSOBO – Perkumpulan Petani Porang Nusantara (PPN) mengadakan workshop yang mengangkat tentang edukasi wirausaha budidaya tanaman Porang di TBM Istana Rumbia Lipursari Kecamatan Leksono kemarin. Porang yang memiliki nama latin amorphopallus oncophillus masuk ke tumbuhan semak yang kini prospek secara ekonomi. Menurut Maria Bo Niok, pengurus TMB Istana Rumbia, agenda itu menjadi salah satu ruang diskusi bagi para petani di Wonosobo yang berminat untuk membudidayakan Porang. Mengingat di banyak daerah sudah banyak berhasil dibudidayakan, bahkan menjadi komoditas ekspor. “Saat ini ruang perpustakaan Istana Rumbia sering dipakai untuk edukasi wirausaha dan koordinasi penguatan kelembagaan PPN. Kali ini peserta memang masih dibatasi karena pandemic hanya untuk 10 orang dan ditargetkan bisa ditanam hingga 100 hektar di Wonosobo,” katanya diagenda yang juga dihadiri ketua Dewan Pengurus Wilayah PPN Wonosobo itu. Senada, Ketua Perkumpulan PPN, Ngakip Ghozali menyebut bahwa budidaya Porang sudah dimulai ketika pendudukan Jepang di Indonesia. Ngakib yang juga perintis sekaligus pegiat budidaya Porang mengakui potensi tanaman umbi-umbian itu untuk dibudidayakan secara massif di wilayah Wonosobo. \"Porang sudah ada sejak zaman penjajahan Jepang. Orang Jepang secara terselubung sempat meminta siswa-siswa yang bersekolah untuk mengumpulkan Porang. Zaman si mbah itu porang dikenal dengan sebutan badul. Porang banyak manfaatnya selain untuk dijadikan tepung konjak,” ungkap Ngakip saat mengisi materi tentang edukasi penanaman porang. Selain bisa dikonsumsi sebagai makanan, Porang banyak dimanfaatkan di dunia industri dan kesehatan, karena kandungan zat glucomanan yang ada di dalam umbinya. Sebelumnya, porang sudah banyak dibudidayakan di kawasan yang memiliki suhu udara cukup tinggi termasuk di Jawa Timur dan dinilai cocok untuk ditanam di kawasan bawah Wonosobo yang membentang dari kawasan Leksono hingga Wadaslintang. Tanaman Porang bisa dipanen umbinya sekitar 1,5 hingga 2 tahun namun dengan hasil yangmenjanjikan. Untuk umbi kering, harga jual di pasar bisa mencapai Rp80.000 bahkan lebih untuk dikirim ke luar negeri. (win)
Porang Potensial Dikembangkan di Wonosobo, Petani Tertarik Ikut Budidaya
Jumat 19-06-2020,02:35 WIB
Editor : ME
Kategori :