Potensi Nanas Kopyor di Wonosobo : Berukuran Jumbo, Juzzie dan Manis

Sabtu 14-12-2019,02:15 WIB
Editor : ME

MAGELANGEKSPRES.COM,KABUPATEN Wonosobo tidak hanya kaya beraneka ragam jenis sayuran, namun kabupaten pegunungn ini ternyata juga kaya dengan aneka macam jenis buah-buahan, khususnya untuk kawasan yang berada di selatan. Salah satunya, Desa Durensawit Leksono, yang kembangkan buah nanas jumbo kopyor. Nanas tersebut masih terbatas untuk memenuhi kebutuhan pasar loka Sudah hampir tiga tahun ini, sejumlah kelompok tani di Desa Durensawit Leksono mulai beralih mengembangkan nanas jumbo jenis kopyor. Nanas tersebut cocok ditanam di desa setempat. Terbukti tanaman tumbuh baik dan berbuah besar alias jumbo. Nanas jumbo kopyor asal Durensawit biasanya dijajakan menggunakan mobil bak terbuka di sejumlah ruas di pinggir jalan kota Wonosobo. Nanas tersebut dikenal berdaging tebal, manis dan airnya banyak. Sehingga mengkonsumsi satu buah saja, sudah sangat kenyang. Baca juga Warga Muntilan dan Sawangan Tolak Penambangan Pasair Pakai Backhoe Total luas lahan yang ditanami nanas baru sekitar 10 hektar. Sedangkan untuk produksi belum bisa dihitung secar pasti, namun jika musim panen, 5 mobil bak terbuka jenis L300 berjejal penuh dengan buah nanas. Tidak hanya di lahan pertanian, warga Durensawit  juga mulai menanam nanas di pekarangan serta menggunakan media polybag. Ketua Kelompok Tani Karya Utama Desa Durensawit,  Saean mengemukakan, petani asal Desa Durensawit sudah mengembangkan nanas jumbo kopyor. Sudah ada dua kelompok yang fokus melakukan penanaman dan pengembangan. “Kita punya sejarah menanam buah nanas. Bahkan buah tersebut sejatinya sudah menjadi ciri khas Desa Durensawit pada era tahun 80 an. Jadi untuk pengembangan tidak begitu susah,” ungkapnya. Namun, kelompok tani perlu mendapatkan dukungan dan motivasi, dari pihak terkait. Sebab, selama ini masih terhambat dengan pemasaran serta pengolahan pascapanen. Pengembangan sejak dua tahun lalu sudah 10 hektar. “Setiap tahun kami kembangkan dua hingga tiga hektar. Ini sudah panen dua kali, kita modifikasi dengan cara tumpangsari. Agar, panen bisa lebih cepat,” katanya. Menurutnya, nanas jumbo kopyor asal Desa Durensawit terkenal memiliki rasa manis, daging tebal dan airnya banyak. Nanas, tersebut diminati oleh konsumen di pasar lokal, seperti pasar Wonosobo dan Banjarnegara. “Kita belum ada pengembangan pengolahan buah nanas. Itu yang kita proyeksikan kedepan,” ujarnya. Harga nanas saat ini lebih menguntungkan, jika dibandingkan dengan buah salak, harga satu buah  bisa mencapai Rp25 ribu hingga 50 ribu. Baca juga Ratusan Remaja di Purworejo Pilih Nikah Muda, Bupati: Jauhi Seks Pra Nikah Sejumlah dukungan dari Pemerintah Wonosobo untuk membantu petani nanas jumbo koyor sudah ada. Diantaranya  menfasilitasi sertifikasi prima tiga buah nanas dan alat pasca panen seperti krat buah, alat angkut dan timbangan. “Kami mengharapkan nanas menjadi icon desa kami. Tidak hanya dijual, tapi juga diintegrasikan dengan sektor wisata desa,” katanya. Sementara itu, Kades Durensawit, Yanto mengemukakan bahwa pemerintah desa berharap warga desa. Utamanya, petani bisa meningkatkan produksi  buah nanas di desa, karena ini sudah langka, serta dicari konsumen. “kita berupaya terus mengangkat potensi buah nanas Desa Durensawit, kita dukung pengembangan program untuk buah nanas jumbo kopyor,” ujarnya. Menurutnya, pola pengembangan akan dilakukan secara terintegrasi, melalui pengembangan wisata desa berbasis buah nanas. Selama ini untuk penanaman tidak ada masalah. Kemampuan petani Durensawit sudah cukup mumpuni untuk menguasai budidaya tanaman itu. “Kita bangkitkan lagi ciri khas desa kita, buah nanas kopyor jumbo, itu jadi icon desa kita,” katanya. Sejarah nanas di Desa Durensawit sudah ada  sejak tahun 1970 an. Namun, kemudian beralih ke tanaman  buah salak,  sebab dulu terkendala dengan harga dan pola penjualan yang susah. “Dulu kan jalan dan alat tranportasi susah. sekarang semuanya serba mudah, serta didukung perkembangan informasi dan teKnologi yang cepat. kami optimis jika diintegrasikan dengan wisata desa akan lebih baik lagi, ” katanya. Kadiskominfo Wonosobo Eko Suryantoro berharap, pemerintah desa harus terus kreatif mendorong warga menggali potensi yang ada di desa. Berkaitan dengan kendala untuk promosi atau pengembangan bisa melakukan jejaring dan memanfaatkan media yang sedang dikembangkan oleh pemkab. “potensi harus terus digali, tehnologi informasi harus dimanfaatkan. Jika kreativitas muncul, pemerintah pasti akan mendukung  pengembangan, maka semua harus bersinergi,” katanya. Menurutnya, pengembangan potensi desa akan membantu masyarakat dalam meningkatkan pendapatan serta menekan angka kemiskinan yang ada di desa. Sehingga, desa semakin maju dan sejahtera. (gus)

Tags :
Kategori :

Terkait