MAGELANGEKSPRES.COM,KALORAN - Sekolah Lapang Iklim (SLI) 3 yang dilakukan di Desa Kalimanggis Kecamatan Kaloran dengan komoditas tanaman cabai merupakan program extra ordinary (luar biasa) dibandingkan dengan program-program sebelumnya. Pernyataan tersebut disampaikan Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati usai pembukaan SLI 3 di Desa Kalimanggis Kecamatan Kaloran, Selasa (7/7). \"Sesuai dengan arahan presiden, program-program yang dilakukan saat ini harus extra ordinary,\" ujarnya. Ia mengatakan, presiden selalu mengingatkan pada fase pemulihan ekonomi ini program yang dijalankan harus luar biasa jangan biasa-biasa saja. Sekarang kondisi ekonomi sedang tidak menguntungkan tentunya juga bagi petani. \"SLI kali ini termasuk program extra ordinary, dengan memilih komoditas cabai sebagai tanamannya,\" terangnya. Ia mengakui, sebelumnya program SLI hanya biasa-biasa saja, tidak memperhatikan dan memperhitungkan nilai jual saat panen tiba. Namun program SLI saat ini sudah memperhitungkan pasca panen atau memperhatikan nilai jual saat tanaman memasuki panen. \"Dulu hanya sosialisasi kadang-kadang tanam perdana dan kadang-kadang juga panen perdana. Namun saat ini tidak SLI dilakukan dengan memperhatikan dan memperhitungkan segala aspek,\" katanya. Baca Juga Harga Tembakau Mengikuti Kualitas, Pemkab Temanggung Berharap Kuota Pembelian Tembakau Seperti Tahun Lalu Pada SLI 3 kali ini panen raya juga tidak memperhatikan aspek nilai di pasar, sehingga kali ini berupaya extra ordinary dengan memperhatikan pangsa pasar apa dan memilih komoditas yang tepat sehingga harganya tidak jatuh saat panen tiba. Ia mencontohkan, pada SLI sebelumnya dipilih tanaman bawang merah di wilayah Temanggung, meskipun tanamnya mundur satu bulan, namun saat panen tiba harganya sangat bagus. \"Saat itu memang tanamnya mundur satu bulan, tapi waktu panennya juga setelah panen raya petani. Sehingga harganya jauh lebih tinggi daripada saat panen raya berlangsung,\" katanya. SLI 3 kali ini memang sengaja memilih komoditas cabai, sebab tanaman cabai ini lebih tahan terhadap cuaca atau iklim yang terjadi saat ini. \"Kondisi saat ini curah hujan menurun, sehingga perlu diputuskan jenis tanaman yang mampu hidup saat curah hujan turun seperti saat ini. Kami putuskan untuk menanam cabai,\" terangnya. Ia menjelaskan, dalam menentukan jenis atau komoditas yang akan ditanam, sebelumnya berdiskusi dengan petani setempat dan Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL). Sehingga tanaman yang dipilih benar-benar sesuai dengan kondisi dan iklim yang ada. Konsep yang diterpakan saat ini bagaimana menetapkan waktu tanam berdasarkan kondisi cuaca atau musim yang ada, agar saat panen nanti bisa berhasil atau bernilai ekonomi lebih \"Dengan mengetahui terlebih dahulu kondisi iklim, musim atau potensi curah hujan kita bisa memperhitungkan prospek dari tanaman ini, tujuannya tidak hanya sekedar berhasil panen namun juga berhasil mendapatkan nilai ekonomi meningkat lebih tinggi,\" terangnya. Sementara itu Plt Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Temanggung Masrik Amin menambahkan, target produksi di SLI 3 ini di atas rata-rata dari tanaman cabai milik petani yakni sebanyak 1,2 ton dalam satu hektarnya. \"Ini kan demplot, jadi targetnya memang harus lebih tinggi,\" kata Masrik. Ia mengatakan, Temanggung juga menjadi salah satu penyangga cabai, dengan luasan tanaman cabai per tahunnya antara 6.000 sampai dengan 7.000 hektar. (set)
Program SLI Perhitungkan Nilai Jual Pasca Panen
Rabu 08-07-2020,03:03 WIB
Editor : ME
Kategori :