Sepakbola Vietnam Tak Kenal New Normal

Jumat 29-05-2020,06:39 WIB
Editor : ME

MAGELANGEKSPRES.COM,Jakarta - Vietnam sukses menggelar kembali sepakbola di tengah pandemi virus Corona. Laganya digelar dengan penonton, berlangsung meriah. Nam Dinh melawan Hoang Anh Gia Lai menjadi laga pembuka Kualifikasi Piala Vietnam 2020, Sabtu (23/5/2020). Istimewanya, laga di Stadion Nam Dinh itu digelar terbuka. Panitia Pelaksana pertandingan memang menyiapkan tiket maksimal sebanyak 10 ribu lembar. Suporter dengan bebasnya berkeliaran dan mendukung tim kesayangannya tanpa mengenakan masker. Nampaknya Vietnam tak mengenal istilah new normal yang mulai lazim dipraktikkan di penjuru dunia saat ini. Sebenarnya pemandangan di Piala Vietnam itu bukan hal mengejutkan. Mereka memang sudah mengakhiri social distancing menjelang akhir April. Cuma ada 327 kasus positif yang terkonfirmasi di sana. Hebatnya, 272 di antaranya berhasil sembuh dan tak ada pasien meninggal dunia berdasarkan data resmi pemerintah. Keberhasilan Vietnam menangani Corona adalah andil besar pemerintah yang sudah melakukan tindakan preventif sejak kabar mencuatnya virus corona di Wuhan pada Desember 2019. Pembatasan masuk warga negara asing jadi salah satu langkah pertama Vietnam saat itu. Hasilnya, masuknya virus Corona pun bisa dicegah sedini mungkin. Secara geografis padahal Vietnam berbatasan langsung dengan China. Kehidupan di Vietnam pun kini sudah berjalan seperti keadaan normal. Sepakbola pun menikmati hasil kerja keras pemerintah dan kepatuhan warganya dalam menjalankan aturan. Selain Vietnam, sebenarnya sudah ada Korea Selatan dan Jerman yang lebih dulu menggelar pertandingan sepakbola-nya lagi. Tapi Vietnam selangkah lebih maju dari Korsel dan Jerman yang masih menggunakan kaidah new normal dengan menggelar laga tertutup. Korsel jadi yang pertama menggulirkan liga domestiknya (K-League) sejak 8 Mei silam. Bundesliga Jerman menyusul sepekan kemudian. Kedua negara tersebut tak sembarangan melanjutkan kompetisinya masing-masing. Protokol kesehatan ketat dan pertandingan digelar tanpa penonton sudah diputuskan sejak jauh-jauh hari. Padahal pemerintah Korsel sudah melonggarkan pembatasan sosial. Beberapa aturan dalam pertandingan di antaranya adalah pemain tidak boleh meludah di lapangan, pembatasan protes kepada wasit, hingga tak ada jabat tangan sebelum laga. Jerman 11-12 dengan Korsel, mereka bahkan membuat panduan secara detail tentang protokol untuk menjalankan pertandingan. Pemain dan staf klub wajib menjalani tes dua kali dalam sepekan. Jumlah orang yang menghadiri pertandingan juga diatur sedemikian rupa. Stadion tak boleh dihadiri lebih dari 322 orang. Kesuksesan sepakbola Korsel dan Jerman juga tak lepas dari peran besar pemerintah dalam menekan penyebaran COVID-19. Meski tak jauh dari China sebagai lokasi awal penyebaran virus Corona, Korsel mampu menahan penyebaran virus di angka 11.344 dalam data teranyar. Kurva penyebaran corona di Korsel sempat meningkat tajam pada pertengahan Februari setelah kegiatan kontroversial sebuah sekte di gereja di Kota Daegu. Kota itu sempat menjadi lokasi terparah kedua di dunia di luar Wuhan dalam kasus infeksi corona. Untungnya pemerintah Korsel tanggap bencana. Pengalaman dari pandemi sebelumnya, jadi modal berharga. Tes massal secara masif dan ketersediaan fasilitas kesehatan jadi senjata utama Korsel. Berangsur-angsur kurva penyebaran pun mulai melandai pada awal Mei lalu. Dengan kondisi itu sepakbola dirasa aman untuk digelar lagi. Sementara Jerman menjadi salah satu negara Eropa tersukses meredam fatality rate virus corona. Hanya 8500 kasus kematian di Jerman meski ada kasus terkonfirmasi yang mencapai 182 ribu. Latar belakang ilmuwan dari Kanselir, Angela Merkel, disebut-sebut jadi kunci sukses Jerman. Sama seperti di Korsel, kurva penyebaran corona di Jerman mulai melandai pada awal Mei. Sementara itu, Indonesia saat ini sedang berada di tengah krisis virus Corona. Kurva terus menanjak dan belum lama ini menyentuh angka 1.000 kasus baru dalam sehari. Di saat seperti ini, Pemerintah melalui Presiden Joko Widodo justru dikabarkan ingin melonggarkan pembatasan sosial dan mengkampanyekan berdamai dengan virus Corona. Nasib sepakbola Indonesia, yang tengah rehat, sangat bergantung pada hasil kinerja pemerintah. PSSI dalam beberapa kali pernyataannya menyebut bahwa nasib kelanjutan Shopee Liga 1 dan Liga 2 2020 bergantung status darurat bencana nasional yang ditetapkan pemerintah. Kondisi Indonesia sangat jauh jika dibandingkan dengan Korsel, Jerman, apalagi Vietnam. PT Liga Indonesia Baru dan PSSI masih menunggu perkembangan situasi penyebaran virus Corona yang diumumkan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana. Dengan kondisi begini, masih mau menggelar sepakbola lagi, Indonesia? (net)

Tags :
Kategori :

Terkait