Waspadai PMK, RPH Temanggung Perketat Pemeriksaan sebelum Sembelih Sapi

Jumat 13-05-2022,13:23 WIB
Editor : ME

MAGELANGEKSPRES.COM, TEMANGGUNG – Menyikapi munculnya Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang mulai merebak dan menjangkiti hewan ternak di sejumlah daerah, Rumah Pemotongan Hewan (RPH) Temanggung langsung bereaksi cepat dengan makin meningkatkan kewaspadaan terhadap kondisi kesehatan hewan melalui pemeriksaan ketat sebelum dilakukan pemotongan dan didistribusikan ke kalangan masyarakat. Ahli kedokteran hewan sekaligus Kepala UPTD RPH dan Pasar Hewan Dinas Ketahanan Pangan Pertanian dan Perikanan Kabupaten Temanggung, drh.Antik Choiriyah membeberkan, pihaknya saat ini terus memperketat pemeriksaan terhadap ternak sapi yang masuk sebelum dilakukan penyembelihan. Yakni dengan metode pengecekan antemortem dan posmortem. “Kita makin meningkatkan kewaspadaan dengan pemeriksaan hewan yang masuk RPH sebelum dipotong, terutama antemortem kepada hewan yang terciri sakit maupun tidak. Pokoknya kami sangat antisipatif,” jelasnya, Jumat (13/5/2022). Kendati berdasar laporan masuk maupun pengecekn lapangan di Kabupaten Temanggung belum terdeteksi munculnya kasus PMK yang menjangkiti ternak, namun pihaknya juga tak ingin lengah. Pasalnya, selain di wilayah Jawa Timur, PMK juga terdeteksi telah merambah beberapa daerah di Jawa Tengah seperti Kabupaten Banjarnegara, Boyolali, dan Rembang. “Di Temanggung sejauh ini belum ada temuan maupun laporan. Dan tercatat terakhir PMK menyerang ternak di wilayah ini pada tahun 1986 silam. Namun itu tidak mengendurkan kewaspadaan kami, termasuk dinas terkait tengah menggodog pembentukan tim penanggulangan,” terangnya. Lebih jauh dijelaskan, PMK biasanya menular pada hewan ternak seperti domba, kambing, babi, dan paling terciri pada sapi. Ciri gejala yang paling mudah digunakan sebagai barometer pendeteksian dini pada penyakit ini di antaranya gejala demam tinggi, lepuh-lepuh pada lidah dan bagian kaki (tracak). “Paling ekstrem yakni tracaknya sampai lepas. Tapi itu pada sapi, kalau ternak lain bersifat sub klinis atau gejalanya kurang begitu tampak,” urainya. Namun, jelasnya, apabila terdapat hewan ternak yang tertular maupun terjangkit PMK, terdapat sebuah metode pengobatan yang dirasa efektif, yakni terapi antibiotik, antistamin, serta pemberian vitamin secara teratur. Ditambah dengan upaya pencegahan, yakni bio security dengan melakukan langkah disinfeksi terhadap manusia (petugas) hingga kandang ternak. Hal ini dikarenakan proses penularan PMK dapat melalui tiga perantara. Yakni lewat manusia, barang (peralatan), dan antar hewan. Pihaknya juga meminta agar seluruh peternak untuk tidak membeli hewan dari luar daerah hingga kondisi terpantau stabil. Kemudian melakukan karantina terhadap hewan selama 14 hari, hingga meningkatkan sistem imun dan manajemen pemeliharaan ternak. Selain itu petugas juga akan memperketat lalu lintas ternak di pasar-pasar hewan sekaligus mewajibkan ternak dari luar Temanggung untuk memiliki Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKN) sebelum diperjual belikan. “Masa inkubasi virus penyebab PMK adalah 14 hari. Berbagai upaya bio security tidak bisa mematikan virus, namun hanya untuk mengobati gejala penyakit ikutannya saja. Memang penukaran PMK sangat cepat, tapi bisa diantisipasi. Termasuk peternak harus selalu melakukan disinfeksi pada kandang ternak,” pintanya. (riz)

Tags :
Kategori :

Terkait