KOTA MAGELANG, Suasana Jalan A Yani, kawasan Poncol, Magelang Tengah, Kota Magelang tampak berbeda dari biasanya. Perbedaan itu terlihat pada penamaan kawasan taman di sisi barat jalan protokol itu.
Tampak landmark Taman Kehati berwarna hijau. Penamaan baru itu bukan tanpa alasan. Kehati merupakan akronim dari Keanekaragaman Hayati.
Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Magelang tengah berupaya mengubah mindset taman menjadi kawasan dengan keanekaragaman hayati baik flora maupun faunanya.
Sub Koordinator Pertamanan, Bidang Pengelolaan Pertamanan dan Pemakaman, DLH Kota Magelang, Teguh Ariyanto mengatakan, pengubahan nama tersebut hanya menambah fungsi taman yang sudah ada, menjadi punya ciri khas ekosistem di dalamnya.
”Fungsi taman itu untuk ruang terbuka hijau, menyerap polusi udara, memberikan efek teduh, sebagai keindahan, dan rekreasi. Kemudian melalui konsep Taman Kehati, kami menambahinya dengan konservatif keanekaragaman hayati,” kata Teguh Haryanto, kepada wartawan, Selasa (14/6).
Penamaan itu juga, mengandung konsekuensi untuk memenuhi kebutuhan standar keanekaragaman hayati. Salah satunya, memperkaya tanaman endemik khas Kota Magelang di kawasan itu.
Menurut dia, hal itu tidak lah sulit. Mengingat Kota Magelang sendiri, berdasarkan daerah perkampungannya, lekat dengan nama-nama tanaman tertentu.
”Sebut contoh Kebonpolo, artinya di sana pada waktu dulu punya banyak pohon pala. Kemudian Kemirirejo, Cempaka, Bayeman, dan lain sebagainya. Nah, kami ingin tanaman endemik ini bisa dibudidayakan lagi, sehingga selain estetis, taman-taman di Kota Magelang cocok untuk sarana edukasi bagi anak-anak kita,” tuturnya.
Sebagai pilot project-nya, DLH memilih Taman Plengkung hingga kawasan Kali Kota untuk membentuk Taman Kehati. Hal ini untuk menyiasati keterbatasan lahan di Kota Magelang.
”Sebab untuk bisa membuat Taman Kehati ini, regulasi pusat mengharuskan agar ada lahan terbuka minimal 3 hektar. Tentu sangat sulit di Kota Magelang mendapat lahan seluas itu. Oleh karena itu, siasat kita jadikan satu taman-taman yang saling berdekatan dan berkaitan,” ucapnya.
Teguh menjelaskan, saat ini proses identifikasi tanaman dan fauna masih terus dilakukan DLH. Mulai dari memilih tanaman endemik yang tepat, serta rencana pengadaan fauna yang cocok menghuni ekosistem di area taman.
”Tahun 2022 ini kami mulai melakukan identifikasi, kolaborasi dengan OPD lain, sampai pengajuan anggaran pada APBD Perubahan tahun 2022. Ke depan kami berencana membuat taman kehati secara tematik di tiap-tiap taman publik yang ada,” ujarnya.
Sementara itu, Kabid Pengelolaan Pertamanan dan Pemakaman, Yetty Setyaningsih menambahkan, taman kehati memiliki keistimewaan karena keanekaragaman hayati memperkaya ekosistem yang ada di dalamnya.
”Jika ini terwujud maka akan menjadi satu-satunya taman kehati di tengah-tengah kota,” katanya.
Ia menilai, Taman Kehati mampu bernilai besar dan memberi manfaat luas bagi masyarakat. Ke depan diharapkan, Kehati mampu menjadi daya tarik ekowisata terpadu.
”Ini bukan sekadar taman, yang biasanya bermanfaat hanya untuk rekreasi. Tetapi, Kehati akan menjadi ekowisata terpadu berkelanjutan, baik itu manfaat edukasi, pelestarian alam, hingga manfaat ekonomi,” jelasnya.
Pihaknya pun masih melakukan identifikasi guna meneliti vegetasi di kawasan Taman Kehati, seperti di Kampung Botton, Kelurahan Magelang dan Kampung Poncol, Kelurahan Gelangan.
Seperti diketahui, lahan Taman Kehati itu merupakan kawasan hijau milik Pemkot Magelang, yang kini banyak ditanami pohon jati. Ratusan pohon jati ini bukan merupakan vegetasi asli.
”Spesies tumbuhan khas Kota Magelang akan mulai kami cari bibitnya, seperti pohon Cempaka, pohon Pala, Kemiri, dan lain-lain. Jadi untuk memberikan edukasi juga terhadap generasi, supaya tidak lupa dengan kekayaan alam dan sejarah Kota Magelang,” tuturnya. (wid)