PURWOREJO - Para pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) dan Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) di Kabupaten Purworejo dipacu untuk naik kelas sehingga mampu menembus pasar global.
Kendati baru bergerak dalam produksi skala kecil, mereka diminta tidak takut melakukan ekspor mengingat saat ini banyak kemudahan fasilitasi dari pemerintah yang dapat diakses. Hal itu mengemuka dalam acara Kick Off Desa Ekspor yang berlangsung di kawasan Pasar Umpet Desa Popongan Kecamatan Banyuurip Kabupaten Purworejo, Minggu (19/6). Acara digelar oleh Desa Sejahtera Astra (DSA) Popongan sebagai binaan PT Astra International Tbk, bersama Kementerian Desa PDT dan Transmigrasi (Kemendesa), dan Kementerian Perdagangan. Hadir sejumlah pejabat perwakilan dari masing instansi, tetapi tidak tampak hadir perwakilan dari desa setempat, kecamatan, maupun instansi terkait di Kabupaten Purworejo. Kick Off Desa Ekspor ditandai dengan pemukulan gong oleh Samsul Widodo, Staf Ahli Menteri Kemendesa. Dalam kesempatan itu, Samsul Widodo menyatakan apresiasinya terhadap upaya PT Diva Prima Cemerlang sebagai salah satu binaan DSA yang telah menginisiasi Kick Off Desa Ekspor. Menurutnya, langkah tersebut sejalan dengan program Kemendesa untuk mendorong desa-desa mampu melakukan ekspor. “Kami sudah mulai kampanye agar desa-desa punya kemampuan untuk ekspor produk. Karena sudah banyak anak-anak desa yang melek secara digital dan bisa menembus pasar melalui Medsos,” katanya. Melalui gerakan itu, Kemendesa mendorong agar sentra-sentra komoditas desa dapat memberi edukasi kepada anak-anak mudanya. Hal itu agar anak-anak desa tidak perlu mencari pekerjaan atau bermigrasi ke kota. “Jadi mereka tidak harus pergi ke kota. Faktanya sudah banyak yang jalan,” ungkapnya. Program Manager Astra Indonesia Kreatif dan DSA, Maikel, menyebut Kick Off Desa Ekspor dirangkai dengan Workshop bertajuk “Strategi Pengingkatan Daya Saing Produk UMKM-Bumdes dalam Akselerasi Ekspor Menembus Market Global” selama dua hari, Sabtu-Minggu (18-19/6). Workshop diikuti oleh puluhan pelaku UMKM, Bumdes, dan kalangan umum dari Purworejo dan sejumlah kota besar di Indonesia. Beberapa di antaranya yakni Jogjakarta, Jakarta, Surabaya,Makassar. “Workshop dan kick off ini menjadi ajang sharing, terutama dari 930 DSA, termasuk DSA Purworejo yang sudah berhasil melakukan ekspor produk bulu mata,” sebutnya. Adanya Kick Off Desa Ekspor diharapkan memacu dan memotivasi masyarakat, khususnya di Purworejo, untuk mampu mengakselerasi ekspor. “Jasi ini jadi semacam gong lagi untuk menyampaikan ke masyarakat bahwa Purworejo sudah bisa melakukan ekspor,” jelasnya. Founder UMKM Mendunia, Iko Sukma Handri Adianto, yang hadir sebagai narasumber menilai bahwa Purworejo memiliki luar biasa karena berdekatan dengan Bandara YIA. Menurutnya, peluang itu harus ditangkap mengingat pasar ekspor juga semakin terbuka. Kepada peserta workshop, pihaknya juga memberikan metode bagi pemula, yakni ekspor mudah berbasis digital teknologi dan logistik simpel. Berawal dari personal eksportir, berkembang menjadi coorporate eksportir. “Yang paling penting bagaimana kita bisa mengglobalkan produk di desa. Tidak sekadar desa ekspor, melainkan juga desa eksportir,” paparnya. Terkait pajak ekspor, pihaknya menegaskan agar pelaku UMKM tidak kahwatir mengingat minim sekali dan hanya beberapa komoditi yang dikenakan pajak. “Jadi, tidak perlu takut ekspor. Kita mulai dari yag kecil-kecil dulu. Mulai dari perorangan, Bumdes, KUD desa, itu bisa semuanya. Dan kita arahkan jadi pemain. Tidak hanya suplier, tapi betul-betul pelaku dengan badan hukum dan produk yang jelas,” tandasnya. CEO PT Diva Prima Cemerlang selaku Team akselerasi dan percepatan ekspor DSA, Dewi Ekha Harlasyanti, mengungkapkan bahwa workshop dan kick off sengaja dikonsep untuk membantu para pelaku UMKM agar dapat naik kelas hingga menjadi eksportir. Pasalnya, hampir seluruh desa di Purworejo memiliki komoditi yang layak jual dan berpotensi besar ekspor. “Kami bersinergi dengan Kemendesa, Bappenas, dan berbagai pihak untuk memberikan solusi dalammengatasi kendala teman-teman UMKM,” ungkapnya. Dicontohkan, industri bulu mata yang diproduksinya di Desa Popongan sejak sekitar sekitar 1 tahun terakhir terus berkembang. Bahkan, sampai saat ini 100 persen ekspor. Dengan Kapasitas per bulan mencapai 1 juta picis, jangkauan pemasarannya sudah menembus lebih dari 20 negara di 4 benua.“Ekspor itu mudah. Tidak selalu butuh modal besar dan prosedurnya juga tidak terlalu rumit. Karena banyak sekali maindset masyarakat bahwa ekspor itu sulit, padahal kenyataannya tidak,” tandasnya. (top)