WONOSOBO, MAGELANGEKSPRES.DISWAY.ID- Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) Semarang gelar bimbingan teknis Cara Produksi Obat Tradisional yang Baik (CPOTB). Pelatihan yang digelar di aula Arpusda Wonosobo itu menyasar 41 pelaku UMKM makanan dan obat tradisional kemarin. Diharapkan pelaku UMKM bisa naik kelas.
“Kami melakukan jemput bola ke kabupaten/kota yang di wilayahnya ada produk yang bisa diunggulkan karena menggunakan bahan baku tertentu, di Wonosobo ada carica dan purwaceng. Sebelumnya kami bimtek carica dan saat ini kita gelar bimtek untuk purwaceng, karena ini khas di daerah lain tidak ada,” ungkap Koordinator Substansi Pemeriksaan BBPOM Semarang, Woro Puji Hastuti.
Bimtek CPOTB digelar di aula Arpusda Wonosobo, hadir dalam pembukaan acara tersebut, Sekda Wonosobo, One Andang Wardoyo, Kepala DisdagkopUKM Bagyo Sarastono, Sekdinkes Rini Kartikasari dan 41 pelaku UMKM makanan dan obat tradisional di Wonosobo.
Menurutnya, purwaceng merupakan obat tradisional yang sudah turun temurun digunakan oleh masyarakat Wonosobo, utamanya di dataran tinggi Dieng. Sangat disayangkan jika hanya dijual ke industri besar saja, sebab punya peluang untuk membangkitkan pelaku UMKM di Wonosobo.
“Purwaceng ini jangan hanya jual ke industri besar, tapi bisa diproduksi sendiri, sehingga UMKM meningkat, BBPOM merupakan instansi vertikal di Provinsi Jawa Tengah menjalin kerja sama dengan dinas kesehatan setempat untuk mengawal agenda ini,” katanya.
BBPOM Semarang berperan melakukan pembinaan, kepada produsen obat dan makanan agar produksi mereka aman di konsumsi, tidak ada penambahan obat kimia. Obat tradisional atau jamu herbal tidak bisa ditambahkan obat kimia, jika dilakukan akan merusak organ tubuh.
“Produsen obat tradisional harus paham bahwa jamu atau produk herbal tidak boleh ditambahkan obat kimia. Kaidah itu harus diketahui, jangan mereka mengejar cespleng atau khasiatnya saja. Kalau itu dilakukan, maka semua rusak. Jadi penyakit, efeknya merusak organ tubuh,” bebernya.
Pihaknya akan memastikan tidak asal olah, sehingga aman dikonsumsi. BBPOM lakukan pengawasan dari pre market, yaitu sebelum registrasi, lalu post market dan pengawasan sarana produksinya. Selain itu konsistensi produsen juga terus di awasi dengan melakukan sampling produk.
“Selain kita sampling dan uji di laboratorium, kita lakukan pembinaan bersama dengan stakeholder di daerah, terutama dinas kesehatan,“ ucapnya.
Sementara itu, Sekda Wonosobo, One Andang Wardoyo mengemukakan bahwa pembinaan dari BBPOM Semarang sangat dibutuhkan oleh pelaku UMKM di Wonosobo yang bergerak di bidang makanan dan obat. Salah satunya produsen purwaceng, minuman tradisional peningkat stamina.
“Di Wonosobo sudah cukup banyak pelaku usaha tersebut, ada yang dicampur kopi, susu dan atau jahe, kita berharap produk unggulan ini aman dikonsumsi, jangan sampai muncul citra negatif,” katanya.
Menurutnya, dengan pembinaan dari BBPOM Semarang, pelaku UMKM akan semakin faham, berhati-hati menjaga kualitas, mutu dan keamanan produk, sehingga memuluskan mereka untuk bisa naik kelas.
“Kalau produksinya benar, higienis dan bersertifikat, apalagi kantongi izin edar, UMKM kita akan semakin percaya diri, itu yang kita harapkan,” pungkasnya. (gus)