WONOSOBO. MAGELANGEKSPRES.DISWAY.ID -Pada semester pertama tahun 2022 tercatat sebanyak 73.421 keluarga di Kabupaten Wonosobo yang masih menjalankan praktik Buang Air Besar (BAB) sembarangan. Padahal 50 persennya mempunyai kemampuan membangun jamban.
"73 ribu lebih masih BABS, padahal 50% diantaranya punya kemampuan untuk membangun jamban yang sehat. Tetapi yang bersangkutan belum sepenuhnya bersedia, dan kita berupaya keras karena target yang ditentukan bahwa deklarasi Open Defecation Free (ODF) di Jateng adalah pada tahun 2024," ungkap Bupati Wonosobo Afif Nurhidayat.
Launching dan Penggalangan Komitmen Para Stakeholder Utama Dalam Upaya Gerakan Masyarakat Membangun Jamban Sehat digelar kenarin di pendopo bupati.
Ditandai dengan penandatanganan pernyataan komitmen dukungan dan kesanggupan deklarasi ODF di masing-masing wilayahnya.
Secara bersama-sama berkomitmen menjadikan Wonosobo stop buang air besar sembarangan di tahun 2024. Selain penandatanganan, kegiatan tersebut juga berlanjut dengan pemasangan stiker Gema Bang Jamet (Gerakan Masyarakat Bangun Jamban Sehat) pada angkot tiap-tiap jurusan agar masyarakat kenal dan termotivasi oleh program tersebut.
Menurutnya, pemkab akan menggerakkan para camat untuk melakukan tracing turun langsung ke warga masyarakat yang berada di wilayahnya masing-masing. Untuk melakukan pemetaan keberadaan jamban sehat.
"Kami dan jajaran pimpinan Forkopimda yang lain juga akan ikut turun langsung melakukan tracing bersama-sama. Untuk menyadarkan warganya apabila masih ditemukan budaya yang masih BAB sembarangan," ucapnya.
Pihaknya memberikan waktu sampai akhir bulan Desember kepada para camat hingga ke bawah untuk melakukannya pelacakan atau tracing.
"Camat lakukan tracing ke kades, kades ke kadus atau RW, RW ke RT bersama kader ke rumah masing-masing warga, petakan siapa yang sudah memiliki dan siapa yang belum," tandanya.
Selain itu, camat dan kades juga perlu memantua jamban yang sudah dibantu dibangunkan pemerintah namun tidak digunakan.
"Nanti saya juga akan terjun sendirilah. Saya ambil satu desa, nanti saya tugasi Pak Wakil satu desa, Pak Sekda juga satu desa, kita akan tracing bersama sama. Insyaallah kami mohon Pak Dandim untuk ambil satu desa, Pak Kapolres ambil satu desa, Pak Kajari ambil satu desa dengan gerakan bersama sama tracing sampai ke lapisan masyarakat untuk menyadarkan masyarakat kalau memang ditengarai masih suka BABS, " katanya.
Pihaknya mengaku optimis bila ini dilakukan dengan kerjasama dan gotong royong, digotong dan diroyong, permasalahan ini akan segera terselesaikan, sehingga optimis 2024 kita bisa ODF.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Wonosobo dr. Riyatno, M.Kes., mengatakan kegiatan ini merupakan bentuk keprihatinan terhadapbmasalah yang dihadapi pemerintah kabupaten terutama bidang kesehatan. Diantaranya stunting dan kemiskinan ekstrem.
"Kedua hal tersebut mempunyai indikator pada kepemilikan jamban sehat pada keluarga, termasuk kriteria RTLH yang harus memiliki jamban sehat. Yang dimaksud jamban sehat adalah jamban yang memiliki saluran pengolah limbah berupa septic tank," katanya.
Menurutnya deklarasi ODF di Wonosobo bukan suatu aktivitas instan, tetapi butuh waktu dan niat serta semangat untuk mensukseskannya. Oleh karena itu keberlanjutan kegiatan percepatan deklarasi ODF tersebut perlu dikawal dengan baik dan maksimal sampai ke tingkat desa atau kelurahan.