WONOSOBO, MAGELANGEKSPRES.DISWAY.ID- Permasalahan lingkungan di Wonosobo semakin kompleks, utamanya sampah. Produksi sampah mencapai 1.923.3 meter kubik tiap hari, sedangkan yang terangkut ke Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPA) baru mencapai 150 meter kubik tiap hari.
Sekitar 1.773.03 meter kubik tiap hari tidak terangkut, serta biasanya pengelolaanya tidak sesuai dengan standar (open dumping).
“Terkait sampah di Kabupaten Wonosobo memerlukan penanganan yang lebih serius, karena berpotensi menyumbang bagi bertambahnya masalah lingkungan hidup, terutama bertambahnya volume sampah,” ungkap Wakil Bupati Muhammad Albar, saat menghadiri Peresmian DAK TPS3R dan Sarana Prasarana di Desa Talunombo Kecamatan Sapuran.
Menurutnya, berdasarkan data tiap kapita per orang menghasilkan sampah 2,5 liter tiap hari, sehingga total sampah keseluruhan yang dihasilkan mencapai 1.923.3 meter kubik tiap hari. Sedangkan yang terangkut ke Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPA) baru mencapai 150 meter kubik tiap hari dan 1.773.03 meter kubik tiap hari yang tidak terangkut, serta biasanya pengelolaanya tidak sesuai dengan standar (open dumping), baik di buang di bantaran sungai, maupun pekarangan yang menyebabkan pencemaran tanah dan air.
“Perlu adanya upaya-upaya yang strategis, dalam rangka pengelolaan sampah, baik melalui peningkatan pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan sampah dengan menerapkan prinsip reduce, reuse dan recycle,” ujarnya.
Selaras dengan Peraturan Daerah Kabupaten Wonosobo Nomor 4 tahun 2016 tentang Pengelolaan Sampah, yang merubah paradigma pengelolaan sampah tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah daerah, akan tetapi perlu adanya keterlibatan peran serta masyarakat dan pemerintah desa dalam rangka menuju pembangunan desa.
Selain itu, Gus Albar juga menekankan, bahwa sampah merupakan persoalan yang bersifat sistemik, kompleks, dan memiliki cakupan yang luas, serta memerlukan perhatian khusus dari semua pihak. Setiap orang serta lembaga pemerintahan maupun non-pemerintahan diharapkan berpartisipasi dan bertanggung jawab untuk mengatasinya, konsepnya, dengan memadukan aspek lingkungan hidup, sosial budaya dan ekonomi ke dalam strategi pembangunan.
Pihaknya berharap kepada seluruh elemen masyarakat untuk mendukung upaya yang selama ini telah dilakukan dalam rangka mengembalikan daya dukung lingkungan hidup, sekaligus mendukung program konservasi lingkungan hidup, terutama pengelolaan sampah berbasis masyarakat, seperti halnya Tempat Pengelolaan Sampah Reduce, Reuse dan Recycle (TPS3R) di Desa Talunombo-Kecamatan Sapuran.
“Kegiatan tidak hanya terkonsentrasi pada pemilahan dan pemanfaatan sampah yang memiliki nilai ekonomis saja, akan tetapi juga ditindaklanjuti melalui kegiatan pencegahan timbunan sampah, mengguna ulang sampah dan mendaur ulang sampah,”pintanya.
Upaya Pemerintah Desa, Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Lestari, serta Masyarakat Desa Talunombo, yang telah bersama-sama membangun komitmen untuk menciptakan lingkungan yang bersih serta sehat, sekaligus memandang sampah sebagai sumber daya yang mempunyai nilai ekonomis, patut didukung.
"Seluruh partisipan, termasuk perangkat daerah, masyarakat, komunitas beserta seluruh stakeholders untuk berkomitmen melaksanakan pengelolaan sampah secara komprehensif. Gerakan yang dicanangkan oleh pemerintah terkait pengelolaan sampah, tentu akan berjalan secara efektif jika diikuti dengan partisipasi aktif seluruh lapisan masyarakat,” pungkasnya. (gus)