Sejarah dan Kisah Mistis Benteng Vredeburg Jogja Dari Benteng Tertua Hingga Penampakan Noni Belanda

Kamis 12-10-2023,13:00 WIB
Reporter : Arief Setyoko
Editor : Arief Setyoko

Dari segi struktur fisik, benteng ini dibangun dengan menggunakan tembok yang terbuat dari tanah dan didukung oleh tiang-tiang kayu dari pohon kelapa atau aren. Atapnya terdiri dari tumpukan ilalang.

Pada masa pemerintahan Gubernur Belanda W. H van Ossenberg, benteng ini diajukan untuk dibangun secara permanen.

Pada tahun 1767, benteng ini dibangun secara permanen di bawah pengawasan arsitek Belanda, Ir. Frans Haak.

Pembangunan benteng selesai pada tahun 1867 dan diberi nama "Rustenburg", yang berarti benteng peristirahatan.

Namun, pada tahun yang sama, benteng ini runtuh akibat gempa bumi yang melanda Yogyakarta.

Benteng yang runtuh kemudian dibangun kembali dengan nama yang diubah menjadi "Vredeburg".

BACA JUGA:Menilik 5 Fakta Lawang Sewu, Peringkat Satu Bangunan Paling Angker di Indonesia!

Benteng Vredeburg memiliki makna sebagai benteng perdamaian, sebagai simbol perdamaian antara keraton dan Belanda.

Sejak saat itu, Benteng Vredeburg menjadi saksi perjalanan sejarah yang terjadi di Yogyakarta.

Pada tanggal 5 Maret 1942, benteng ini direbut oleh tentara Jepang ketika mereka menduduki Yogyakarta.

Benteng ini berfungsi sebagai markas Kempetai dan gudang senjata.

Selain itu, Benteng Vredeburg juga berperan sebagai penjara bagi tawanan orang Indonesia dan Belanda yang melawan Jepang.

Namun, ketika Indonesia merdeka pada tahun 1945, Benteng Vredeburg berhasil dikuasai oleh instansi militer Indonesia.

BACA JUGA:Mitos Goa Pindul Gunungkidul, Goa Terlarang Bagi Siapapun yang Ingin Masuk di Dalamnya

Namun, pada tanggal 19 Desember 1948, Belanda berhasil merebut kembali Benteng Vredeburg melalui Agresi Militer II.

Kemudian, pada tanggal 29 Juni 1949, pasukan Belanda menarik diri dari Yogyakarta dan pengelolaan benteng ini diserahkan kepada Angkatan Perang Republik Indonesia (APRI).

Kategori :