MAGELANGEKSPRES -- Lontong Cap Gomeh adalah salah satu tradisi unik yang menjadi bagian dari perayaan Cap Gomeh dalam budaya Tionghoa.
Perayaan ini biasanya dirayakan pada hari ke-15 dalam kalender Tionghoa, yang bertepatan dengan malam purnama setelah perayaan Imlek.
Lontong Cap Gomeh memiliki makna dan cerita tersendiri yang melibatkan kepercayaan dan budaya Tionghoa.
Lontong sendiri adalah sejenis makanan yang terbuat dari ketan yang dimasak dalam daun pisang.
Sedangkan Cap Gomeh adalah perayaan yang dirayakan untuk menyambut hari kelima belas dalam kalender Tionghoa.
BACA JUGA:Terbuat dari Tepung Gaplek! Mie Lethek Khas Bantul Suguhkan Kuliner Unik di Jogja
Kombinasi kedua elemen ini menciptakan tradisi unik yang menjadi bagian penting dari warisan budaya Tionghoa.
Salah satu makna dari Lontong Cap Gomeh adalah simbolisasi keselarasan dan persatuan.
Lontong yang dibungkus dalam daun pisang melambangkan kesatuan dalam keberagaman.
Berbagai bahan yang digunakan dalam pembuatan lontong, seperti ketan dan daun pisang, mewakili keragaman elemen dalam masyarakat Tionghoa yang harus bersatu demi keharmonisan.
Selain itu, Lontong Cap Gomeh juga memiliki makna spiritual. Dalam tradisi Tionghoa, malam purnama dianggap sebagai waktu yang penuh dengan energi positif.
Masyarakat Tionghoa percaya bahwa dengan merayakan Lontong Cap Gomeh, mereka dapat memperoleh keberuntungan dan melindungi diri dari energi negatif.
Proses pembuatan Lontong Cap Gomeh sendiri juga melibatkan kebersamaan dalam keluarga.
Biasanya, anggota keluarga akan berkumpul untuk bersama-sama membuat lontong dan menyajikannya dalam acara perayaan Cap Gomeh.