Maksudnya Beliau tidak menggauli isterinya dan menghabiskan 10 hari akhir untuk beritikaf di masjid.
Pada 10 hari akhir tersebut, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam senantiasa menghidupkan malam.
Ini berarti Beliau begadang namun bukan berarti tidak tidur tapi tidurnya hanya sedikit.
BACA JUGA:Cara Menghidupkan Malam Lailatul Qadar : Ada 3 Tingkatan yang Bisa Dipilih
Pada malam-malam tersebut, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam selalu membangunkan istri-istrinya agar memanfaatkannya untuk beribadah dan bermunajad pada Allah Ta’ala dalam meraih Lailatul Qadar.
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam bersungguh-sungguh beribadah di 10 hari akhir tersebut. Beliau menghabiskan 10 hari akhir dengan itikaf di masjid. Bahkan di akhir hayat, Beliau itikaf di masjid pada 20 hari akhir hingga Beliau wafat.
Kemudian istri-isteri Beliau senantiasa meneruskan itikaf di masjid yang juga diikuti oleh umat Islam hingga saat ini.
Lailatul Qadar Lebih Baik dari 1.000 bulan
Keutamaan yang paling utama dari bulan Ramadhan adalah Lailatul Qadar. Satu malam yang bobotnya lebih baik dari 1.000 bulan atau 83 tahun 4 bulan.
Maksudnya siapa pun yang melakukan amal kebaikan di malam Lailatul Qadar maka pahalanya akan dihitung selama 83 tahun 4 bulan.
Misalnya seseorang yang shalat maka shalatnya akan dihitung selama 83 tahun 4 bulan.
BACA JUGA:Lailatul Qadar, Malam yang Ditunggu-tunggu Umat Muslim tapi Allah Merahasiakan Waktunya
Itu hanya satu shalat, padahal shalat wajib ada lima, belum shalat sunnah.
Juga puasa kita, sedekah kita dan amal-amal kebaikan lain yang disyariatkan akan dihitung selama 83 tahun 4 bulan.
Sungguh besar pahalanya dan hanya diraih dalam satu malam.
Dan tidak mudah bagi kita untuk mendapatkan pahala sebesar itu kalau hanya mengandalkan usia kita. Tidak banyak orang yang hidup sampai usia 83 tahun.