KB Serentak, Pemkab Magelang Targetkan 6.759 Akseptor

Rabu 05-06-2024,16:01 WIB
Reporter : Heni Agusningtiyas
Editor : Nur Imron Rosadi

MUNGKID, MAGELANGEKSPRES Dinas Sosial, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Dinas Sosial PPKB PPPA) Kabupaten Magelang menggelar Pelayanan KB Serentak Sejuta Akseptor dalam rangka Hari Keluarga Nasional ke-31 Tahun 2024.

Kegiatan ini merupakan bagian dari kegiatan serentak yang dicanangkan oleh BKKBN pada hari yang sama.

Di Kabupaten Magelang, Selasa (4/6) lalu Safari KB ini dilaksanakan di Klinik Pratama Karya Rini, Ponalan, Tamanagung, Muntilan dengan sasaran 126 akseptor, berasal dari Kecamatan Dukun dan Kecamatan Muntilan. Jenis KB yang dilayani berupa Implan dan IUD.

BACA JUGA:Ribuan Lansia Wonosobo Tidak Mandiri dan Alami Ketergantungan

Kepala Dinas Sosial PPKB PPPA Kabupaten Magelang, Bela Pinarsi, menyebutkan di tingkat Kabupaten Magelang, Dinas Sosial PPKB PPPA menargetkan sebanyak 6.759 akseptor dengan jenis KB meliputi IUD, implan, MOW, MOP, suntik, pil dan kondom.

"Untuk mencapai target tersebut, kami melakukan berbagai upaya. Di antaranya mengoptimalkan Tempat Praktik Mandiri Bidan baik setara faskes maupun Praktek Mandiri Bidan berjejaring dalam pelayanan KB terutama suntik, pil dan kondom," jelasnya, di sela kegiatan.

Pemerintah Kabupaten Magelang juga mengoptimalkan petugas lapangan keluarga berencana (PLKB), pusling, posyandu untuk identifikasi dan distribusi pil KB dan kondom ulangan.

Selain itu, mengoptimalkan pelaporan layanan KB pada aplikasi SIGA.

BACA JUGA:Banyak Ditemukan Naskah Kuno di Wonosobo, Arpusda Segera Lakukan Konservasi

Para akseptor yang mengikuti kegiatan ini mendapatkan pelayanan KB secara gratis.

Mereka bahkan mendapatkan makan, minum, uang transport dan khusus di lokasi tersebut ada bantuan telur.

"Bantuan telur ini merupakan upaya kami dalam meningkatkan gizi keluarga. Harapan kami penambahan gizi ini juga menjadi upaya penanganan anak stunting," tambah Bela Pinarsi.

Salah satu akseptor KB, Muryani, asal Desa Sumber Kecamatan Dukun mengaku ikut Safari KB ini karena merasa penting dalam melakukan perencanaan keluarga.

Di masa kecil, ia punya pengalaman harus putus sekolah di saat kelas 1 SD karena ibunya melahirkan anak kembar, sehingga Muryani harus membantu ibunya mengasuh adiknya tersebut. Dampaknya, perempuan 37 tahun ini tidak bisa menulis meski bisa membaca.

"Saya tidak ingin anak-anak mengalami apa yang saya alami dulu. Sekarang saya sudah dua anak, satu anak di pondok pesantren, jadi butuh biaya tidak sedikit. Dengan ber-KB ini, kami berharap bisa fokus memberikan pendidikan untuk anak-anak," katanya.

Kategori :