Ia menuturkan krisis iklim bukanlah fenomena lokal yang terjadi dalam waktu satu atau dua tahun, melainkan akibat yang lahir dari perilaku manusia yang tidak ramah lingkungan di berbagai belahan benua selama puluhan bahkan ratusan tahun hingga sekarang.
"Meskipun demikian, akibat krisis iklim ini sangat bisa kita rasakan dalam skala lokal. Akibat ini sangat dekat dengan kehidupan kita di Temanggung yang notabene adalah wilayah pegunungan. Hawa panas semakin sering terjadi, angin dan intensitas hujan yang turun cenderung ekstrem, kekeringan di beberapa wilayah, hingga anomali El Nino dan La Nina yang makin sulit diprediksi," katanya.
Ia menyampaikan salah satu dampaknya bagi masyarakat Kabupaten Temanggung adalah petani sulit memprediksi musim tanam dan turunnya kuantitas maupun kualitas hasil panen.
Menurutnya, krisis iklim memang sudah terjadi. Yang bisa kita upayakan bersama adalah bagaimana agar krisis iklim ini tidak semakin memburuk.
"Tidak hanya menanam, kita juga punya tanggung jawab bersama untuk merawatnya. Pohon dapat mengurangi emisi gas rumah kaca, dimana gas rumah kaca ini adalah penyebab utama krisis iklim," pesannya. (set)