"Banyak produk yang diretur karena datangnya tidak tepat waktu, kami harus mengganti," jelasnya.
Cobaan kedua adalah ketika banyak pusat oleh-oleh yang menolak produk Salenda.
BACA JUGA: Bawaslu Kota Magelang Menyoroti 106 Temuan Tahapan Coklit
"Sekalinya ada yang mau, kami jor joran untuk titip ke 350 an outlet oleh-oleh, tapi ternyata banyak yang tidak maksimal penjualannya," ujarnya.
Belajar dari hal tersebut, Evi pun lebih selektif untuk memasarkan produk salenya. Tak hanya di seluruh Indonesia, Salenda bahkan merambah pasar luar negeri seperti Malaysia.
"Rata-rata yang sudah merasakan, pasti repeat order, permintaan terus naik," katanya.
Dalam sehari, Evi memproduksi kurang lebih 100 hingga 150 kilogram sale pisang dengan dibantu 20 karyawannya.
"Kami juga melibatkan para ibu-ibu untuk melakukan pengirisan pisang," imbuhnya.
Melihat banyaknya permintaan dan untuk memudahkan akses pelanggan, Evi kini tak hanya menjual secara offline, namun merambah pasar online seperti Tiktok @salepisangsalenda_ dan Shoppe.
"Kami juga ada di tiktok shop dan selalu ada live, jadi pembeli bisa lebih mudah untuk menemui produk kami bahkan dengan harga yang lebih murah, " tutur Evi.
Tak perlu khawatir soal harga, produk Salenda Evi jual dengan harga mulai dari Rp15.000 saja.
BACA JUGA:Safari Mental Health, Cegah Depresi di Kalangan Siswa SMA Magelang
"Ada kemasan kecil, paling besar 1 kilogram, kalau di Tiktok harganya lebih murah, antara Rp50.000 an," ujar Evi.
Evi berharap, ke depan, semangat untuk berwirausaha dapat dimiliki dan dikembangkan oleh masyarakat khususnya yang ada di Kota Magelang.
"Perhatian pemerintah dalam bentuk pelatihan untuk pegiat UMKM juga sangat kami rasakan, semoga ini juga bisa menjadi semangat untuk pegiat UMKM yang lain," pungkas Evi. (*)