Wayang Mikael, Seni Kontemporer Karya Anak Magelang Suarakan Kearifan dan Kebijaksanaan

Kamis 15-05-2025,18:00 WIB
Reporter : Haryas Prabawanti
Editor : Arief Setyoko

SECANG, MAGELANGEKSPRES.ID Wayang Mikael merupakan karya yang diinisiasi Kaji Habeb seorang seniman asal Secang, Kabupaten Magelang.

Kaji Habib, sosok yang lahir di Demak dan menghabiskan dua dekade masa kreatifnya di Jogjakarta, Kaji Habeb bukan hanya pelukis, tetapi juga penulis naskah, aktor, dan sutradara teater.

Habeb menceritakan, Wayang Mikael lahir dari keresahan artistiknya untuk menyatukan dua medium seni rupa dan teater dalam satu bentuk pertunjukan.

BACA JUGA:Kaji Habeb: Ide Membuat Wayang Mikael Berangkat dari Bayangan

“Saya ingin menghadirkan media yang bisa menyampaikan cerita, kritik, dan ekspresi saya dalam satu wadah,” ujarnya kepada Magelang Ekspres, Kamis 15 Mei 2025.

Berangkat dari keresahan tersebut, Habeb menggagas sebuah inovasi yakni bayangan berwarna.

Hal itulah yang melahirkan shadow art berbahan dasar mika plastik transparan yang bisa menghasilkan bayangan warna-warni di layar.

BACA JUGA: Bersinergi Dalam Karya Seni Rupa, Pameran Lukisan Pesta Rakyat Magelang Resmi Dibuka

“Dari mika ini muncul nama Mikael, singkatan dari 'mika' dan 'eleng' (ingat, dalam bahasa Jawa),” jelasnya.

Tidak seperti wayang konvensional yang mengadaptasi kisah Ramayana atau Mahabharata, Wayang Mikael hadir dengan cerita dan tokoh-tokoh ciptaan Habeb sendiri.

Adapun tokoh yang dimaksud di antaranya ada Bagus Salek, pemuda pencari jati diri, Raja Angkara sebagai lambang kerakusan, dan Kiai Nurul Kolbi, simbol kebijaksanaan dan cahaya hati.

BACA JUGA:Kunjungi Pameran Seni Rupa di Lokabudaya, Ada 35 Lukisan Kontemporer Karya Anak Muda Kota Magelang Dipajang

Tak sampai di situ saja, pertunjukan Wayang Mikael tidak sekadar bayangan di balik layar, namun Habeb memadunya dengan adegan teatrikal yang dimainkan oleh aktor manusia dan didukung musik kontemporer.

Menariknya, alih-alih menggunakan gamelan, musik Wayang Mikael menggunakan bass, djembe, laptop, hingga saksofon dan biola. 

“Gamelan pernah kami coba, tapi tidak cocok dengan karakter ceritanya,” ujarnya.

Kategori :