WONOSOBO, MAGELANGEKSPRES.ID – Sebanyak 10 anak rambut gimbal jalani jamasan di kolam air panas objek wisata Kalianget, Senin 21 Juli 2025.
Jamasan prosesi awal jelang ritual ruwat cukur rambut gembel yang akan dihelat jelang perayaan Hari Jadi ke-200 Wonosobo.
Sebanyak sepuluh anak berambut gimbal, dengan usia antara lima hingga sepuluh tahun, menjalani prosesi penyucian tersebut.
BACA JUGA:Tradisi Ruwatan Rambut Gimbal Dataran Tinggi Dieng, Sebuah Tradisi yang Berakar dari Cerita Legenda
Mereka tampak mengenakan kain putih, didampingi oleh orang tua masing-masing yang turut hadir dengan pakaian adat khas Wonosobo.
“Tahun ini, tradisi ini kembali digelar bersamaan dengan Hari Jadi ke-200 Kabupaten Wonosobo,” ujar Nanik, pengampu Tradisi Ruwat Cukur Rambut Gimbal.
Menurutnya, proses awal kegiatan ini diawali dengan pendaftaran peserta yang dibuka oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud).
BACA JUGA:Makna Tradisi Ruwatan Rambut Gimbal di Dataran Tinggi Dieng, Ternyata Penuh Doa dan Harapan
Demi menjaga kenyamanan dan kekhusyukan prosesi, kuota peserta dibatasi.
Sebelum menjalani Jamasan, para orang tua terlebih dahulu dikumpulkan untuk memastikan kesiapan fisik dan batin anak-anak.
Mereka kemudian mengikuti kirab menuju lokasi Tantingan, sebuah sesi penting dalam rangkaian ruwatan.
BACA JUGA:Legenda Asal Muasal Kawah Sikidang Banjarnegara, dari Kisah Pangeran dan Putri Hingga Rambut Gimbal
“Tantingan itu adalah orang tua menanyakan ke anak, apakah anak sudah siap betul untuk diruwat sukertonya. Karena rambut gimbal ini sudah hidup bersama dengan anak sampai usia saat ini yang kemudian nanti akan dipisahkan,” jelasnya.
Setelah Tantingan, anak-anak akan menjalani prosesi Udar Punagi, yaitu saat mereka mengutarakan permintaan khusus sebagai bagian dari syarat ruwat.
“Permintaan anak-anak rambut gimbal tahun ini tidak ada yang susah-susah ada yang minta uang, HP, sepeda. Ngga kaya yang tahun lalu ada yang minta ibu baru,” imbuhnya.