Bisnis Tak Sekadar Cuan: Saat Branding Sehat Tak Sejalan dengan Etika

Bisnis Tak Sekadar Cuan: Saat Branding Sehat Tak Sejalan dengan Etika

Wulan Islamiati Aldy, Mahasiswa Pascasarjana Akuntansi Universitas Gadjah Mada-ISTIMEWA-MAGELANG EKSPRES

MAGELANGEKSPRES.ID - Perbincangan hangat di dunia kuliner belakangan ini mencuat setelah seorang ibu curiga bahwa roti yang dikonsumsi anaknya memicu reaksi alergi parah.

Ternyata, kasus ini terkait dengan praktik sebuah toko roti online di Jakarta yang mengklaim produknya bebas gluten, susu, telur, dan vegan. Namun, kenyataannya tidak demikian.

Produk bahkan dikemas ulang (repack) dari merek lain tanpa informasi yang jelas, sehingga menimbulkan pertanyaan besar: sejauh mana kejujuran dan tanggung jawab moral dijaga dalam bisnis, terutama ketika citra menjadi senjata untuk menarik kepercayaan publik?

BACA JUGA:SMP Negeri 2 Magelang Luncurkan Hari Bahagiaku, Dukung Gerakan 7 KAIH Bentuk Generasi Emas 2045

Di tengah persaingan ketat industri pangan, branding kerap menjadi strategi kunci keberhasilan. Karena itu, banyak pelaku usaha berlomba menampilkan kesan “sehat” dan “natural” untuk merebut hati konsumen.

Namun, ketika citra itu tidak sejalan dengan praktik di balik layar, seperti kurangnya transparansi terkait bahan atau proses pengemasan, kepercayaan publik pun mudah runtuh.

Konsumen yang seharusnya dilindungi justru menjadi korban dari praktik bisnis yang abai terhadap etika.

BACA JUGA:Whistleblowing System: Suara Hati yang Menjaga Bisnis

Padahal sejatinya, kejujuran adalah napas dari setiap praktik bisnis. Perusahaan yang baik tidak hanya memikirkan apa yang menguntungkan, tetapi juga apa yang benar.

Selain itu, sekecil apa pun tindakan, integritas tetap harus dijaga. Sebab, bisnis yang hanya berorientasi pada hasil tanpa memperhatikan cara mencapainya akan kehilangan makna.

Dengan demikian, keputusan bisnis sejatinya harus memberi manfaat adil bagi semua pihak. Jika satu pihak diuntungkan dengan mengorbankan kepercayaan konsumen, maka keadilan dan kesejahteraan bersama menjadi taruhannya.

BACA JUGA:Tunggakan Gaji karyawan PT Indofarma, Cerminan Praktik Kegagalan Etika Bisnis

Keuntungan pun tidak akan berarti jika dibangun di atas ketidakjujuran dan kekecewaan publik. Krisis etika ini menunjukkan betapa rapuhnya pondasi moral dalam praktik bisnis modern.

Keberlanjutan usaha kini tidak hanya bergantung pada produk yang dijual, melainkan juga pada kepercayaan yang dibangun.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: