Skala Prioritas Amalan Setiap Orang Berbeda, Dzikir adalah Amalan Terbaik yang Bisa Dikerjakan Setiap Orang
Skala Prioritas Amalan Setiap Orang Berbeda, Dzikir adalah Amalan Terbaik yang Bisa Dikerjakan Setiap Orang--
MAGELANG EKSPRES-Keterbatasan kemampuan yang kita miliki. Seperti umur yang sudah semakin tua, kemampuan fisik, ilmu yang terbatas, juga harta yang kita miliki juga terbatas.
Kondisi tersebut tentu tidak bisa dibandingkan dengan anak-anak muda yang fisiknya masih kuat, lebih leluasa untuk menuntut ilmu. Atau orang yang diberi kenikmatan harta yang lebih.
Namun dengan kemampuan, kondisi yang berbeda-beda itu, kita mempunyai kesempatan untuk meraih surga dengan amal-amal kebaikan yang disyariatkan.
Ketika ditanya sahabat tentang amalan terbaik setelah wajib, Rasulullah Shalallahu alahi wa sallam selalu memberikan jawaban yang tidak sama, tergantung pada penanya dan kondisinya. Juga waktu saat bertanya bisa menentukan amalan tersebut.
BACA JUGA:Memuliakan Hari Jumat dengan Memperbanyak Membaca Al Qur’an, Berdzikir dan Bershalawat
Para sahabat selalu bertanya, tentang amalan apa yang terbaik atau amalan apa yang paling dicintai Allah. Karena mereka menyadari kemampuannya dan tidak bisa mengerjakan semua amalan tersebut.
Maka mereka senantiasa menanyakan amalan yang terbaik atau amalan yang paling dicintai Allah agar bisa menentukan skala prioritas dalam mengerjakan amalan-amalan tersebut. Muaranya adalah bisa meraih surga dengan amalan-amalan tersebut.
Syaikul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullah mengatakan bahwa amalan terbaik secara mutlak adalah yang wajib. Itulah amal yang paling dicintai Allah. Misal, mana yang lebih afdal antara shalat 2 rakaat sebelum Subuh dengan shalat Subuh tentu yang lebih afdal adalah shalat Subuh.
Demikian antara shalat malam dengan shalat Subuh tentu yang lebih afdal adalah shalat Subuh. Demikian juga sedekah tentu sedekah kepada keluarga yang lebih afdal dibanding sedekah dengan anak yatim atau fakir miskin.
BACA JUGA:Tiga Bacaan Dzikir yang Membuat Hati Tenang
Adapun amalan terbaik setelah amalan-amalan yang wajib, maka jawabannya tidak sama dari satu orang ke orang yang lain. Karena orang-orang berbeda tentang kemampuan mereka. Misalnya jihad di jalan Allah secara fisik, maka tidak semua orang mampu.
Untuk mereka yang memiliki fisik yang lemah atau cacat, maka tidak tepat kalau kita berikan jawaban kepada mereka bahwasanya yang terbaik bagi mereka adalah jihad di jalan Allah.
Atau misalnya jawaban haji atau umrah yang juga merupakan ibadah yang agung. Tidak tepat kalau kita menjawab dengan haji atau umrah jika yang bertanya adalah orang yang tidak memiliki harta yang cukup untuk bisa berangkat ke tanah suci.
Kemudian juga sesuai dengan waktu yang mereka miliki. Ada sebagian ibadah yang secara global dia lebih afdhal daripada ibadah yang lain.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber: