Tidak Berbuat Bid’ah, Diantara Bukti Cinta Kita kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
Tidak Berbuat Bid’ah, Diantara Bukti Cinta Kita kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam--
MAGELANG EKSPRES- Kita diwajibkan untuk mencintai Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Bahkan tidak boleh seseorang mencintai dirinya hingga melebihi kecintaan pada nabinya.
Allah Ta’ala berfirman,
“Katakanlah: “Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya”. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.” (QS. At Taubah: 24).
Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan, “Jika semua hal-hal tadi lebih dicintai daripada Allah dan Rasul-Nya, serta berjihad di jalan Allah, maka tunggulah musibah dan malapetaka yang akan menimpa kalian.” Ancaman keras inilah yang menunjukkan bahwa mencintai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dari makhluk lainnya adalah wajib. Bahkan tidak boleh seseorang mencintai dirinya hingga melebihi kecintaan pada nabinya.
BACA JUGA:Kisah-Kisah Romantisme Rasulullah yang Begitu Tawadhu Terhadap Istri-istrinya
Allah Ta’ala berfirman,
“Nabi itu (hendaknya) lebih utama bagi orang-orang mukmin dari diri mereka sendiri.” (QS. Al Ahzab: 6).
Bukti Cinta Kita pada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
Banyak orang yang mengaku cinta pada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Bentuk cinta seseorang kepada Rasulullah tidak hanya diucapkan secara lisan. Namun perlu dibuktikan dalam bentuk perbuatan yang nyata, diantaranya adalah :
1.Mendahulukan dan Mengutamakan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dari Siapa pun
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sesungguhnya Allah telah memilih Kinanah yang terbaik dari keturunan Isma’il. Lalu Allah pilih Quraisy yang terbaik dari Kinanah. Allah pun memilih Bani Hasyim yang terbaik dari Quraisy. Lalu Allah pilih aku sebagai yang terbaik dari Bani Hasyim.”
Di antara bentuk mendahulukan dan mengutamakan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dari siapa pun yaitu apabila pendapat ulama, kyai atau ustadz yang menjadi rujukannya bertentangan dengan hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka yang didahulukan adalah pendapat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Sebagaimana yang dijelaskan oleh Imam Asy Syafi’i rahimahullah, “Kaum muslimin telah sepakat bahwa siapa saja yang telah jelas baginya ajaran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka tidak halal baginya untuk meninggalkannya karena perkataan yang lainnya.”
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber: