Mensucikan Jiwa dengan Muraqabah, Muhasabah dan Mujahadah
Mensucikan Jiwa dengan Muraqabah, Muhasabah dan Mujahadah--
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إنِّي أتُوبُ إلى اللَّهِ وأسْتَغْفِرُ فِي كُلِّ يَوْمٍ مِائَةَ مَرَّةٍ
“Aku bertaubat kepada Allah dan beristighfar setiap harinya sebanyak seratus kali.” [ HR. Muslim No. 2702]
Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu berkata:
حاسِبُوا أنْفُسَكُمْ قَبْلَ أنْ تُحاسَبُوا
“Hisablah dirilah kalian sebelum kalian dihisab oleh Allah.”
Teladan Orang Shalih yang Senantiasa Muraqabah
1. Dahulu Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu apabila sudah masuk waktu malam, memukul kedua kakinya dengan tongkat, sambil berkata: “Apa yang telah engkau kerjakan hari ini?” [ Tirmidzi meriwayatkan bahwa Nabi ﷺ bersabda: ”Orang yang pandai adalah yang menghisab (mengevaluasi) dirinya sendiri serta beramal untuk kehidupan sesudah kematian. Sedangkan orang yang lemah adalah yang dirinya mengikuti hawa nafsunya serta berangan-angan terhadap Allah Ta’ala.“]
2. Abu Thalhah radhiyallahu ‘anhu tatkala tersibukan dengan mengurusi kebun sehingga lalai dari shalatnya, beliau sedekahkan kebun beliau tersebut di jalan Allah , tidaklah beliau melakukan hal tersebut kecuali untuk mengintrospeksi, mencela, dan mendidik dirinya.
3. Dikisahkan juga bahwa Ahnaf bin Qais pernah meletakan jarinya pada api lampu penerangan, kemudian berkata kepada dirinya sendiri, “Duhai Hunaif, apa yang membuatmu berani untuk melakukan perbuatan itu pada hari anu? apa yang membuatmu berani untuk melakukan perbuatan itu pada hari anu?.”
4. Dikisahkan juga bahwa salah seorang yang shalih pernah ikut berperang, lalu ada seorang wanita yang tersingkap auratnya, lantas dia pun memandang wanita tersebut, lalu dia pun mengangkat tangannya dan dia menusukan jarinya dan mencongkel kedua matanya sembari berkata: “sungguh engkau telah melihat sesuatu yang bisa memudharatkanmu.”
5. Pernah juga ada orang shalih melewati sebuah ruangan, sambil berkata: “kapankah ruangan ini dibangun?” kemudian dia berbicara kepada dirinya: “engkau bertanya kepadaku tentang sesuatu yang tidak penting bagimu? Aku akan menghukummu dengan puasa selama setahun,” dan dia pun berpuasa.
6. Diriwayatkan orang shalih lainnya pernah berguling-guling di padang pasir yang panas sambil berkata: “rasakanlah, panas api neraka lebih panas dari ini. kamu seperti orang mati di malam hari dan malas beramal di siang hari?”
7. Pernah juga ada yang mengangkat kepalanya dan melihat seorang wanita di loteng rumah, dan dia pun memandang wanita tersebut, kemudian dia pun bertekad untuk tidak pernah lagi melihat ke arah langit selama dia hidup.
Begitulah keadaan orang-orang shalih umat ini, selalu mengoreksi kelalaian diri mereka, mencelanya karena kemalasannya. Mereka senantiasa mengharuskan jiwanya untuk bertakwa dan menghalanginya dari hawa nafsu, demi mengamalkan firman Allah :
وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَىٰ ٤٠ فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَىٰ ٤١
“Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal(nya).” (QS. An-Nazi’at: 40-41).
Yakni seorang muslim menyadari bahwa musuh terbesarnya adalah jiwanya sendiri. Karena sifat dari jiwanya adalah condong kepada keburukan, lari dari kebaikan, dan suka mendorong untuk melakukan kejelekan.
۞وَمَا أُبَرِّئُ نَفْسِيۚ إِنَّ النَّفْسَ لَأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ ٥٣
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber: