Indonesia Kalah Tanpa Perlawanan

Indonesia Kalah Tanpa Perlawanan

Jakarta - Timnas Indonesia hancur lebur di markas Uni Emirat Arab (UEA) dalam lanjutan Kualifikasi Piala Dunia 2022. Skuat Garuda kalah telak tanpa perlawanan. Saat bertanding di Al Maktoum Stadium, Kamis (10/10/2019) malam WIB, Indonesia kalah 0-5 dari UEA. Ini merupakan kekalahan ketiga berurutan tim Merah-Putih di laga Grup G kualifikasi Piala Dunia 2022. Kekalahan itu boleh dibilang menjadi kekalahan paling telak dan menyakitkan. Meski kualitas di atas kertas ada di bawah UEA, kekalahan tanpa perlawanan bikin luka dua kali lipat. Sepanjang pertandingan, Indonesia cuma melepas satu tembakan on target dari sepakan tendangan bebas Stefano Lilipaly di menit ke-66. Di sisi sebaliknya, UEA bisa melepaskan tujuh tembakan on target, lima berbuah gol, ada sembilan tembakan yang gagal mencapai sasaran. Indonesia juga kalah telak dari segi penguasaan bola. Tim besutan Simon McMenemy cuma mencatatkan 39% penguasaan bola dan UEA 61%• Pengamat sepakbola yang juga menjadi calon wakil ketua umum PSSI, Muhamad Kusnaeni, terkejut dengan penampilan Skuat Garuda. Dia juga tak menyangka dengan hasil akhirnya. "Pertama, saya dan seluruh suporter Indonesia pasti sedih. Sebagian orang mungkin sudah perkirakan kekalahannya, tapi tanpa perlawanan itu agak menyedihkan. Ini jadi pekerjaan rumah banget buat PSSI," kata Kusnaeni. "Kedua, mungkin ada benarnya juga yang dikatakan Simon bahwa salah satu yang mempersulit persiapan timnas adalah jadwal kompetisi tidak ideal. Sehingga, saat pemain bergabung Timnas tidak dalam kondisi bagus dan bugar," dia menambahkan. "Kelihatan banget di babak kedua kita menurun sekali, tapi ini juga terjadi di dua pertandingan yang lalu. Nah, harus dicari tahu apa yang terjadi dengan mereka sehingga tak stabil di babak kedua. Sepakbola itu permainan 2x45 menit, bukan 1x45. Mereka harus dapat input yang baik dari kompetisi liga," Kusnaeni membeberkan. Kusnaeni juga menilai bahwa Indonesia ada keragu-raguan dalam bermain. Antara mau menyerang untuk mengejar kemenangan atau sekadar mencari hasil imbang. "Dua kali kalah di kandang, pertandingan ketiga main tandang. Itu berat antara mau main keluar menyerang untuk raih kemenangan atau mencari agar tidak kalah lagi. Psikologi itu yang kelihatannya menghambat," ujarnya "Kalau saya bilang semalam di bawah kualitas terbaik mereka. Di klub levelnya mereka main bisa lebih bagus-bagus," dia menyesalkan.(net)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: