Malas Bergerak, Kepala Dinkes : Nyaris Sama dengan Bunuh Diri Perlahan
MAGELANGEKSPRES.COM, WONOSOBO- Malas gerak (Mager) menjadi ancaman timbulnya berbagai macam penyakit di masyarakat. Penyakit tidak menular berawal dari perilaku atau pola hidup yang tidak sehat, diantaranya konsumsi makanan berlebih dan malas menggerakkan tubuh. “Tren penyakit masyarakat bergeser, dari menular ke penyakit tidak menular. Dimana penyakit ini karena pola hidup yang tidak sehat, malas menggerakkan tubuh. Sehingga, lemak numpuk dan menimbulkan penyakit. Ini nyaris sama dengan bunuh diri perlahan,” ungkap Kepala Dinas Kesehatan, Djunaedi kemarin usai membuka acara Germas dan PHBS di Kecamatan Garung. Pemerintah Garung bersama dengan Puskesmas Garung menggelar penandatangan komitmen sehat mandiri tahun 2020, senam sehat, praktek cuci tangan dengan benar serta pameran makanan sehat. Menurutnya, penyakit tidak menular, yang belakang menghantui masyarakat, berawal dari perilaku hidup tidak sehat. Perkembangan tehnologi belakang mendorong masyarakat memilih serba nyaman, cepat dan mengurangi gerak. Padahal setiap hari, untuk menjaga kebugaran dan kesehatan, tubuh minimal bergerak selama 30 menit. “Penyakit tidak menular itu ada kaitannya dengan pola makan dan aktvitas tubuh. Kita malas berjalan untuk ke pasar yang jaraknya hanya 50 meter, kita malas keliling perkantoran atau menggerakan tubuh serta peregangan,” katanya. Selain malas gerak atau olahraga, penyakit menular berasal dari pola makan, dimana pola makan untuk anak-anak dan orang tua jelas berbeda. Untuk mendorong bantu tumbuh kembang anak, membutuhkan asupan protein, lemak dan karbohidrat. Sedangkan orang tua, pola makannya berbeda. “Orang tua, apalagi yang sudah berusia di atas 50 tahun harus mengurangi asupan itu, dan memperbanyak makanan berserat,”bebernya. Berkaitan dengan menekan angka Buang Air Besar Sembarangan (BABS), Djunaedi menegaskan sebagai salah satu upaya mengeliminir penyakit menular yang ada di masyarakat, karena buang hajat besar sembarang di Wonosobo masih cukup tinggi. Sementara itu, Kepala Puskesmas Garung, dr.Budiono mengemukakan bahwa untuk Kecamatan Garung baru tiga desa yang sudah bebas BABS. Padahal perilaku tersebut memberikan dampak yang komplek bagi kesehatan masyarakat. “Kotoran manusia tersebut membawa milyaran bakteri. Sementara itu banyak saluran pembuangan kotoran masuk ke kolam dan juga ke sungai,” katanya. Kotoran tersebut selain berpotensi mencemari kolam juga mencemari mata air yang dijadikan kebuthnsan harian masyrakat. Meskipun sejauh ini dari monitoring terhadap air bersih yang dipakai oleh masyrakat masih layak. “Dari pantuan yang kita lakukan secara rutin kondisi air masih cukup baik, namun perilaku BABS itu harus ditekan,” ujarnya. Tren penyakit tidak menular juga perlu mendapatkan perhatian, sebab hanya dengan menjalankan perilaku hidup bersih dan sehat serta aktif berolah raga akan mampu mengurangi risiko penyakit tersebut. “Memang penyakit tidak menular ada yang berasal dari keturunan, namun karena pola konsumsi yang berlebihan dan tidak tepat juga mendorong tumbuhnya penyakit tidak menular, seperti himpertensi,” katanya. (gus)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: