Stasiun Mertoyudan Tergolong Masih Istimewa

Stasiun Mertoyudan Tergolong Masih Istimewa

MAGELANGEKSPRES.COM, MAGELANG - Tidak semua generasi milenial mengetahui keberadaan kereta api sebagai salah satu moda transportrasi di Kabupaten Magelang pada masa lalu. Meski tidak semuanya jejak sejarah tersebut musnah, namun seyogyanya harus dipertahankan sebagai bentuk merawat sejarah, khususnya sejarah perkeretaapian di Magelang. Menurut Koordinator Komunitas Kota Toea Magelang, Bagus Priyana, sebagai komunitas pemerhati dan pelestari sejarah dan bangunan cagar budaya di Magelang, terdapat banyak stasiun di jalur perlintasan kereta api Magelang - Jogjakarta, yang saat ini kondisinya tidak sama. "Yang paling istimewa kondisi bangunannya adalah Stasiun Mertoyudan, bahkan sampai sekarang masih lengkap dengan bangunan rumah dinas Kepala Stasiun Mertoyudan, di JalanĀ  Mayjen Bambang Sugeng," ungkap Bagus, Rabu (15/1). Baca Juga Raja Keraton Agung Sejagat Pernah Ruwatan di Gunung Tidar Stasiun Mertoyudan dibangun pada tahun 1898 oleh perusahaan swasta kereta api Hindia Belanda Nederlands Indische Spoorweg Maatschappij (NIS). Pada zaman kejayaannya, stasiun ini ramai oleh masyarakat sekitar, guna bepergian ke Jogyakarta maupun Semarang Namun sekitar tahun 70an, stasiun-stasiun di jalur tersebut tutup, dikarenakan kalah dengan moda transportrasi lainnya, seperti bus dan minibus yang berjalan lebih cepat diatas jalan beraspal. Adapun stasiun di jalur tersebut, selain stasiun Mertoyudan adalah Stasiun Japunan Danurejo, Stasiun Blondo, Stasiun Blabak Mungkid, Stasiun Palbapang, Stasiun Muntilan, Stasiun Jumoyo dan stasiun kecil lainnya hingga masuk ke wilayah Jogjakarta. "Stasiun lainnya dijalur Magelang - Jogjakarta selain Stasiun Mertoyudan kondisinya memprihatinkan, seperti Stasiun Blabak yang sudah dibongkar tinggal tembok belakangnya saja. Bahkan stasiun lainnya sudah tidak ada wujud bangunannya," papar Bagus. Adapun untuk Stasiun Blondo, meskipun masih berdiri, namun separuh lebih bangunan sudah dirubah. Meskipun dibeberapa bagian bangunan masih dijumpai ornamen khas bangunan belanda, seperti daun jendela dan kusen pintu. "Bangunannya sudah berubah, sekilas sudah tidak menampakan bangunan bekas stasiun. Namun jika diperhatikan masih ada unsur peninggalan Belanda seperti jendela dan kusen pintu," tandas Bagus. Baca juga Antisipasi Tawuran, Kodim Magelang Periksa Bawaan Siswa Saat ini bekas Stasiun Blondo sudah beralih fungsi sebagai tempat pijat. Termasuk sekiyar rel kereta api sudah dikepung oleh bangunan pemukiman penduduk. Bagus Priyana berpendapar, bentuk stasiun harus memperhatahankan wujud bangunan sebagai stasiun, jangan sampai berubah bentuk kehilangan ciri khas sebagai stasiun. "Alasannya adalah, sebagai identitas sejarah perkreta apian. Penggunaan aset lahan menjadi kewenangan PT KAI. Namun jejak peninggalan kereta api di Magelang, harus dipertahankan. Meskipun bangunan dialih fungsikan, tapi seyogyanya wujud bangunan asli tetap dipertahankan," ungkap Bagus.(cha).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: