Tidar Campur Makin Lengkap Jadi Kampung Wisata, Kini Punya Taman Anggrek

 Tidar Campur Makin Lengkap Jadi Kampung Wisata, Kini Punya Taman Anggrek

MAGELANGEKSPRES.COM,MAGELANG - Kampung wisata di Kampung Tidar Campur, Tidar Selatan, Magelang Selatan terus berbenah. Sempat vakum selama 6 bulan, kampung wisata andalan Kota Sejuta Bunga itu, kini makin lengkap dengan tambahan Taman Anggrek Rukun Ramah Rezeki. Keberadaan taman anggrek ini, menambah gempita kampung yang berada di ujung selatan Kota Magelang dan berbatasan dengan Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang itu. Betapa tidak, sedari dulu, Kampung Tidar Campur mendesain strategi untuk mengundang wisatawan dari berbagai daerah. Sebut saja Kampung Warna Warni dengan banyaknya desain seni mural di dinding rumah warga. Kemudian wisata budaya, karena di kampung itu masih mempertahankan kearifan lokal seperti Grebeg Tahu, sadranan, dan lain sebagainya. Taman Anggrek Rukun Ramah Rezeki itu, Selasa (15/9) diresmikan Walikota Magelang Sigit Widyonindito. Menurut Sigit, inisiasi warga Tidar Campur ini patut diapresiasi. Dia berharap, langkah ini dapat menularkan semangat unsur masyarakat lainnya. ”Harapannya, adanya taman anggrek ini dapat mengangkat marwah Magelang sebagai Kota Sejuta Bunga. Pengunjung dapat menikmati wisata Kota Magelang sembari membeli tanaman sebagai oleh-oleh,” kata Sigit. Menurutnya, perlu kampung lain meniru langkah visioner masyarakat Kampung Tidar Campur ini. Kreativitas serta menjual jasa, adalah slogan masyarakat Kota Magelang, karena tidak adanya sumber daya alam (SDA). ”Semoga ini menjadi inspiratif kampung lain mulai dari RW,” imbuhnya. Sementara itu, Ketua Penyelenggara Kegiatan Sugiarto menuturkan, rintisan Taman Anggrek bermula pada 2014 lalu. Awalnya, program ini merupakan Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK) dari Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) yang mendapatkan bantuan dan bisa dikembangkan. Ia menilai, kampung ini punya potensi sentra tahu maka saat itu dikembangkan dengan Kampung Wisata Edukasi dan berkembang menjadi Kampung Warna-warni. Kemudian adanya bantuan Pemprov Jawa Tengah, Kampung Tidar Campur mengembangkan Tempat Penampungan Sementara (TPS). Setelah berhasil menghasilkan pupuk dan terbantu adanya Intalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), program itupun terus berkembang. Baca juga 17 Orang Terjaring Operasi, Disanksi Sebut Nama Pahlawan hingga Ucap Pancasila ”Mudah-mudahan ini menjadi potensi dan berkah bagi warga Tidar Campur,” ucapnya. Selain taman anggrek, tempat ini juga di fasilitasi dengan jaringan wifi, gazebo, hewan reptil, dan spot selfie. Di tengah pandemi ini diharapkan lokasi tersebut dapat menjadi tempat belajar siswa yang membutuhkan jaringan internet. ”Tidak hanya itu, kampung ini juga aktif melaksanakan kegiatan sosial dengan membentuk cantelan berbagi di tengah Pandemi Covid-19. Cantelan ini, warga menaruh sayuran di pagar rumah, agar bisa dimanfaatkan warga kurang mampu lainnya. Ini jadi salah satu budaya gotong-royong,” tuturnya. Terpisah, Lurah Tidar Selatan, Nur Lamiah mengatakan, kebiasaan gotong-royong di kelurahan setempat sudah menjadi budaya. Ini sekaligus menepis bahwa masyarakat perkotaan cenderung apatis terhadap gotong royong dan kebersamaan. Menurutnya, sejak dulu Tidar Selatan diakui punya banyak inovasi dan potensi yang diciptakan masyarakat setempat, seperti bidang kemasyarakatan, ekonomi, lingkungan, hingga sosial budaya. ”Ada banyak sekali potensi yang diunggulkan, misalnya di bidang kemasyarakatan mampu membuat Kampung Warna Warni dan Kampung Dolanan Tidar Sari. Kemudian bidang ekonomi, Tidar Selatan juga mampu mengembangkan UMKM, seperti produk makanan olahan dan oleh-oleh khas,” ujar Nur Lamiah. Kemudian di bidang lingkungan, terdapat Kampung Anggrek Tidar Campur, Bank Sampah Lancar Trunan, Kampung Organik Trunan, Kampung Mozaik Tidar Warung, dan Kampung Kerajinan Daur Ulang Tidar Warung, serta Kampung Dolanan di Tidar Sari. ”Seluruhnya dibangun dengan swadaya masyarakat maupun bantuan dari Pemkot Magelang. Ini menjadi bukti jika masyarakat Tidar Selatan masih sangat kental kegotong-royongannya. Adanya kampung dolanan juga untuk melatih anak usia dini untuk bergotong-royong, bukan malah bermain menggunakan gawai, yang biasa membuat pribadi mereka cenderung egois,” imbuhnya. (wid)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: