2020, Tahapan Fly Over Magelang Baru Studi Kelayakan
MAGELANGEKSPRES.COM,MAGELANG - Kesemrawutan lalu lintas di Persimpangan Canguk, Magelang Utara, Kota Magelang diprediksi masih akan terus terjadi di tahun 2020 ini. Itu karena usulan kepada pemerintah pusat terkait pembangunan fly over maupun underpass masih sebatas studi kelayakan. Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPU-PR) Kota Magelang, Ch Yonas Nusantrawan Bolla mengatakan, usulan pembangunan fly over di Canguk sebenarnya sudah menjadi wancana sejak beberapa tahun lalu. Hanya saja, masalah aset masih jadi hambatan rencana itu tidak pernah terwujud. "Wacana ini sebenarnya tidak berhenti, masih jalan terus. Sekarang, di tahun 2020 ini tahapannya adalah studi kelayakan. Termasuk menyangkut pembebasan lahan," kata Yonas, Senin (6/1). Baca juga Haul Diponegoro Ketiga akan Dihadiri oleh Keturunan Pangeran Diponegoro Dia menilai, pembebasan lahan adalah syarat mutlak pembangunan jalan layang (fly over) di Canguk nantinya. Hanya saja, perlu adanya kajian dari pemerintah pusat, terkait penggunaan anggaran pembebasan lahan itu. "Pemerintah pusat setelah studi kelayakan nanti akan memberikan alternatif, bagaimana teknis pembebasan lahannya. Apakah berasal dari APBN, provinsi, atau daerah masing-masing. Kita masih terus aktif menanyakan rencana pembangunan ini karena memang sudah menjadi usulan sejak lama," tandasnya. Sementara itu, Sekretaris Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Magelang, Chandra Wijatmiko Ady menuturkan bahwa fly over dan underpass menjadi langkah satu-satunya bisa mengurai kepadatan yang terjadi di jalur pertemuan Jalan Urip Sumoharjo, Jalan Telaga Warna, dan Jalan Soekarno Hatta atau jalan utama penghubung Kota Semarang, Kota Salatiga, Kota Magelang, dan Jogjakarta itu. Sebab, meski sudah diperluas ruas Jalan Urip Sumoharjo pada tahun 2015 lalu, tetapi sampai sekarang, kepadatan belum juga terurai. Menurutnya, kesemrawutan simpang Canguk terjadi karena topografi jalan di wilayah itu. Ini diperparah dengan sudut kemiringan, hingga geometri jalan yang tidak linier sehingga seringkali menimbulkan kecelakaan lalu lintas. "Kendaraan truk, terutama yang bermuatan berat dari arah Tegalrejo (timur) ke Jogjakarta (selatan) seringkali miring dan akhirnya terbalik. Karena medan di sana punya geometrik tertentu, sudut kemiringan, dan menanjak," ujarnya. Namun demikian, risiko paling berbahaya, katanya, justru adanya antrean kendaraan di Jalan Urip Sumoharjo jika sampai Jembatan Canguk. Dikhawatirkan, jembatan akan mengalami penurunan kekuatan apabila dipaksa menahan beban berat kendaraan yang mengantre. "Kalau kendaraan berat, jalan biasa, tidak masalah. Tapi kalau mereka pada antre, beban jembatan akan lebih tinggi, di situ kita khawatirkan akan mempengaruhi kekuatan jembatan," ucapnya. Baca Juga 2019, Tercatat 223 Bencana Angin Kencang di Kabupaten Magelang, Terbanyak di Muntilan Pada saat libur Natal dan Tahun Baru lalu, pihaknya pun mengatur rekayasa lalu lintas di Simpang Canguk. Kendaraan dari arah Tegalrejo, yang menuju Jalan Soekarno Hatta diterapkan sistem jalan terus. "Sementara untuk kendaraan menuju arah utara atau di Jalan Urip Sumoharjo ditutup. Ternyata rekayasa ini membuat jalur Canguk menjadi lancar, meski terjadi kepadatan dan antrean kendaraan tapi itu berada di Jalan Soekarno Hatta, tidak berada di atas jembatan, sehingga risiko negatif bisa kita minimalisir," paparnya. (wid)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: