29.34 Persen Balita Alami Stunting
MAGELANGEKSPRES.COM, WONOSOBO - Angka balita stunting di Kabupaten Wonosobo sesuai hasil pemantauan tahun 2017 sebanyak 29,34 persen. Stunting tidak hanya disebabkan faktor gizi buruk yang dialami oleh ibu hamil maupun anak balita, akan tetapi juga karena banyak faktor. “Ada 29,34 persen balita kita alami stunting. Kasus ini karena kurangnya pengetahuan ibu hamil tentang gizi dan kesehatan. Kegagalan pemberian ASI eksklusif, pemberian makanan pendamping ASI yang tidak tepat, sanitasi yang buruk, perilaku tidak sehat dan keterbatasan layanan kesehatan,” ungkap Asisten Sekda Bidang Pembangunan, Sumaedi kemarin dalam acara Workshop Multi Stakeholder Cegah Stunting, di ruang Mangunkusumo. Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bayi di bawah lima tahun) akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya. Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal setelah bayi lahir, akan tetapi kondisi stunting baru nampak setelah bayi berusia 2 tahun. Secara umum beberapa penyebab stunting ialah praktik pengasuhan yang kurang baik, termasuk kurangnya pengetahuan ibu mengenai kesehatan dan gizi sebelum dan pada masa kehamilan, serta setelah ibu melahirkan. Status gizi dan kesehatan ibu dan anak merupakan penentu kualitas sumber daya manusia (SDM), status gizi dan kesehatan ibu pada masa pra-hamil, saat kehamilannya, dan saat menyusui merupakan periode yang sangat kritis, atau yang di kenal dengan 1.000 hari pertama kehidupan (HPK). “Periode seribu hari pertama kehidupan ini merupakan periode yang sensitive. Karena akibat yang ditimbulkan terhadap bayi pada masa ini akan bersifat permanen, dan tidak dapat dikoreksi,” imbuhnya Dampak buruk yang dapat ditimbulkan oleh masalah gizi pada periode tersebut, dalam jangka pendek adalah terganggunya perkembangan otak, kecerdasan, gangguan pertumbuhan fisik dan gangguan metabolisme dalam tubuh. Sedangkan dalam jangka panjang akibat buruk yang ditimbulkan adalah terjadinya stunting, menurunnya kemampuan kognitif dan prestasi belajar, menurunya kekebalan tubuh sehingga mudah sakit, fungsi-fungsi tubuh tidak seimbang, postur tubuh tidak maksimal saat dewasa, dan saat tua berisiko terkena penyakit tidak menular. Dalam rangka perbaikan percepatan gizi dan penurunan stunting, pemerintah pusat maupun daerah telah melakukan berbagai upaya. Di antaranya pemberian tablet tambah darah, promosi ASI Ekslusif, Promosi makanan pendamping ASI, Imunisasi dasar lengkap dan suplemen vitamin A, pemberian obat cacing, serta pemantauan pertumbuhan di posyandu. “Kita semua bertanggung jawab penuh untuk keberhasilan pelaksanaan penanggulangan stunting di Kabupaten Wonosobo, namun kegiatan ini tidak bisa dilakukan sendiri oleh jajaran Dinas Kesehatan, sehingga melalui forum ini. Saya mengajak semua pihak, para stakeholder, untuk mendukung pelaksanaan penanggulangan stunting,” pungkasnya. (gus)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: