3.000 Pendaki Sasar Gunung Kembang
Keamanan Tetap Jadi Prioritas Pengelola MAGELANGEKSPRES.COM, WONOSOBO – Gunung Kembang yang ada di ketinggian 2.320 mdpl mempunyai daya tarik tersendiri untuk pecinta gunung. Dikenal sebagai anak dari Gunung Sindoro dan Sumbing, gunung yang kaya vegetasi dan tentunya kembang itu memiliki pesona yang begitu memikat meski pendakian menuju puncak yang begitu menantang. Bahkan selama empat hari terakhir gunung Kembang selalu ramai pendaki salahsatunya Ulfa, pendaki asal Solo yang dua kali mendaki Gunung Kembang karena terpikat keindahannya. “Selain indah, juga dari sisi keamanan sangat terjaga mengingat pendaki wajib mempacking ulang bawaannya dan juga harus menyiapkan beberapa peralatan wajib untuk alasan keamanan pendaki sendiri,” ungkapnya kemarin (21/4). Guntur salah satu pengelola Gunung Kembang menyebut satu tahun sejak pendakian Gunung Kembang dibuka tidak pernah mengalami penurunan angka pendakian. Setiap harinya selalu ada pendaki yang datang untuk menikmati pesona Gunung tersebut. Bahkan pekan lalu yang bertepatan dengan libur panjang, pendaki yang datang selama 4 hari mencapai 3.000 pendaki. “Di tempat kami di basecamp gunung kembang sudah ada savety prosedur, nyawa paling utama. Para pendaki diharuskan bawa senter dan jas hujan sebagai perlengkapan wajib. Setuiap pendaki yang datang ada packing ulang. Saya selalu tekankan bagi cowok atau cewek, kalau Cuma pakai dua maka konsekuensinya mereka hanya pakai itu saja untuk tidur dan di jalan. Jangan sampai basah. Jangan meremehkan karena banyak kejadian hipotermia seperti yang sudah-suda,” terang Guntur. Guntur menyebut para pendaki harus tahu bagaimana menghadapi hipotermia, jangan sampai partner kita tidak tau tekniknya. Mendaki sebenarnya olahraga yang tergolong bahaya kalau tidak tahu ilmunya, apalagi bagi yang tidak tahu medan, maka butuh pendaki ahli atau yang tahu medan sebagai partner. “Di sini kebanyakan pendakian malam dan sangat bahaya menurut saya. Sebaik apapun pendakian adalah pagi dan siang, paling aman. Kalau bisa 100 meter sekali kita berhenti dan baca situasinya atau rutenya. Maka saat turun dan merasa tersesat paling tidak bisa tahu area kita, harus cari jalur yang sebelumnya kita lewati kalau kita benar-benar amati,” imbuhnya. Bentuk ketegasan pengelola basecamp selain packing ulang adalah wajib mengantisipasi medan. Untuk pendakian di Malam hari memang perbolehkan tapi selalu ada peringatan yakni, khusus untuk malam, per 1 grup dengan 5 orang harus ada minimal 3 senter. Setiap ada laporan pendaki cidera seperti keseleo, hipotermia, tidak berselang lama armada penyelamat disiagakan dan dikirim yakni dengan didata berapa yang harus diefakuasi. “Apalagi tanpa jas hujan, tidak boleh sama sekali. Bukan masalah dari mana atau kemampuannya, tapi ada prosedurnya. Maka Sebelum packing ulang tidak boleh registrasi. Ada dendanya juga, ada yang seperti itu didenda. Yakni sebesar Rp1.025.000 atau semampunya seperti membeli trashbag. Pelanggaran tetap pelanggaran, yang tidak mampu bisa denda lainnya, bahkan ada yang buat rambu,” pungkasnya. (win)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: