Aksi Damai Berakhir Ricuh

Aksi Damai Berakhir Ricuh

MAGELANGEKSPRES.COM,MAGELANG - Aksi unjuk rasa menolak UU Cipta Kerja di Magelang, Jumat (9/10) berakhir ricuh. Semula aksi yang diprakarsai Gerakan Rakyat Magelang Raya (Geram) berlangsung damai. Namun, saat kelompok kedua datang, situasi pun langsung memanas. Koordinator Lapangan Aksi Magelang Bergerak, Anang Imamudin mengatakan, aksinya mengedepankan kedamaian dan ketertiban. Ia juga memberikan apresiasi kepada aparat kepolisian yang berjaga. "Magelang ini damai dan aksinya berlangsung bersih. Tidak usah saling pukul, saling tembak, nggak usah chaos. Yang bikin ulah itu DPR kok, kenapa kita yang harus bikin rusak. Ini aksi damai, aksi simpati," katanya. Ia menjelaskan, pihaknya juga mengawali aksi sedekah Jumat Berkah, dengan membagikan nasi bungkus kepada peserta aksi. Ia berharap, aksi simpati ini bisa ditiru daerah-daerah lain yang turut memprotes UU Cipta Kerja. "Ini dari berbagai elemen gabungan. Sengaja memang hanya segini, sekitar 1.000 orang. Kita juga membawa serta keranda, sebagai lambang jika DPR sudah mati. Kalau sudah mati, otomatis dia tidak akan bicara dan tidak akan bisa mendengarnya," ujarnya. Ia mengatakan, sebenarnya aksi akan digelar di Alun-alun Magelang. Namun karena alasan keamanan, massa akhirnya diarahkan di Jalan Mayjend Bambang Soegeng untuk mengurangi potensi kericuhan. Saat berorasi, ia mendesak DPR RI dan Presiden, untuk membatalkan UU Cipta Kerja. Dalam beberapa waktu ke depan, jika tuntutan mereka tidak direspons, pihaknya mengancam akan menggelar aksi lebih besar lagi. Anang menggarisbawahi bahwa UU Cipta Kerja banyak merugikan kaum buruh dan pekerja. Betapa tidak, karena hak-hak buruh mudah dibelenggu. Di satu sisi, kaum pengusaha dan kapitalis justru diberikan berbagai keuntungan yang dapat merusak lingkungan di Indonesia. Seusai berorasi, masyarakkat yang tergabung dalam Geram ini pun membubarkan diri dengan tertib. Namun selang beberapa menit, datang dari arah Jalan Sarwo Edhie Wibowo, sekelompok massa yang didominasi kalangan remaja. Sekitar pukul 16.15 WIB, tiba-tiba terjadi aksi saling lempar batu dan botol minuman. Massa juga melempar ke arah aparat yang berjaga. Aksi berubah memanas. Massa melarikan diri setelah aparat menembakkan gas air mata dan tembakan peringatan. Kondisi ini berlangsung sekitar 1 jam. Sejumlah fasilitas terlihat rusak usai aksi, diantaranya pintu kaca ATM, kaca pintu dan jendela gedung pertemuan Wiworo Wijipinilih di dalam kompleks Kantor Walikota Magelang, pot taman, rambu-rambu jalan, dan tak terkecuali papan tulisan DPRD Kota Magelang. Kapolda Jawa Tengah Irjen Pol Ahmad Luthfi mengakui ada beberapa orang yang peserta aksi yang diamankan. Namun ia belum dapat merincikan."Kita belum tahu, ada beberapa yang sudah kita amankan. Nanti hasilnya kita sampaikan,” kata Lutfhi. Menurut Luthfi, aparat membubarkan aksi massa sudah sesuai prosedur, berdasarkan UU No 9 tahun 1998. Dalam UU tersebut disebutkan boleh menyampaikan pendapat di muka umum dengan santun. Massa harus sudah dibubarkan maksimal pukul 17.00 WIB. "Jadi, tidak ada masyarakat yang sampai mengganggu fasilitas umum dan ini sudah kita bubarkan dengan protap. Jadi, protapnya sudah mulai dari Dalmas, Brimob dengan ekskalasi meningkat dan sampai sekarang situasi sudah terkendali di Magelang," katanya. Sementara itu, Kaporles Magelang Kota AKBP Nugroho Ari Setyawan mengaku sudah mendeteksi adanya potensi kericuhan setelah aksi unjuk rasa itu. Sebab, sebelum ada aksi dari kelompok pertama, polisi pun sudah memukul mundur massa yang berasal dari luar daerah. "Mereka didominasi oleh anak-anak remaja. Sepertinya masih SMA. Mereka beraksi di Jalan Jenderal Sudirman, depan Polsek Magelang Selatan, tetapi berhasil kita pukul mundur," kata Nugroho. Ia menjelaskan, yang terjadi di sejumlah daerah, biasanya anak-anak remaja ini hanya ikut-ikutan. Padahal mereka sendiri tidak paham dengan tuntutan yang disampaikan saat unjuk rasa. "Mereka itu anak-anak yang usil. Jadi kalau ada demo, mereka ini rawan untuk anarkis. Sebenarnya mereka ini kan anak-anak. Tapi membahayakan kalau melempar batu," ucapnya. Ia mengidentifikasi mereka masih berstatus pelajar SMA sederajat. Menurutnya, mereka bukan berasal dari Kota Magelang, justru sebagian besar mereka berasal dari luar daerah."Kami sudah komitmen, koordinasi dengan korlap juga bahwa aksi tidak ada yang di Kota Magelang. Makanya tadi ada tanda-tanda mau aksi di Kota, kita bubarkan," paparnya. Sebelumnya, polisi sudah lebih dulu membubarkan aksi massa yang berada di Jalan Sudirman Magelang Selatan. Mereka dihalau hingga lari ke arah Kebun Raya Gunung Tidar, di Kelurahan Magersari. Polisi pun terus mendesak mereka hingga ke rumah-rumah warga. Sebagian warga yang turut marah dengan aksi anak-anak inipun bekerja sama dengan kepolisian untuk mengamankan para perusuh. (wid)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: