Bukalapak Tak Bangkrut

Bukalapak Tak Bangkrut

JAKARTA - Pengurangan karyawan hingga ratusan orang yang dilakukan oleh Bukalapak menimbulkan penilaian publik bahwa perusahaan e-commerce terbesar di Indonesia itu mengalami kebangkrutan. Meski telah dibantah pihak Bukalapak, Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo), Rudiantara ikut menguatkan, langkah yang diambil Bukalapak sebagai bentuk penyesuaian strategi perusahaan terhadap dinamika bisnis startup. \"Hanya dinamika bisnis startup yang perubahannya sangat cepat. Menurut saya ini hal yang wajar,\" kata Rudiantara di Jakarta, Rabu (11/9). Setelah mendengar langsung dari Founder Bukalapak, Ahmad Zaky, isu yang mengatakan Bukalapak tengah collaps adalah tidak benar. \"Kalau saya bicara dengan foundernya nggak (collaps),\" ucap dia. Rudiantara menegaskan, bahwa yang dialami Bukalapak sebagai bentuk perubahan strategi bisnis. Hal ini merupakan hal yang wajar, dan hampir semua perusahaan pun akan melakukan hal yang sama agar perusahaan berkembang. \"Ini (PHK) bukan karena Bukalapak mau tutup, bukan. Kalau di industri lain memang PHK biasanya dilakukan kalau perusahaannya sudah menurun kinerjanya. Ini naik tiga kali masa PHK kaya gitu,\" ujar dia. Pengamat sekaligus akademisi dari Universitas Indonesia, Fithria Faisal Hastiadi menilai yang dilakukan Bukalapak merupakan hal yang lazin untuk memangkas karyawan yang menjadi beban perusahaan. Pemangkasan juga bisa saja untuk mengejar status decacorn, dan demi mengejar efisiensi perusahaan mencapai valuasi 10 miliar dolar AS. \"Bisa saja bagian dari strategi untuk mengejar status yang lebih tinggi, decacorn misalnya. Mungkin juga ada masukan dari investor agar merampingkan perusahaan demi cepat pertumbuhannya,\" ucap dia, kemarin (11/9). Menurut dia, soal pemangkasan karyawan telah diperhitungkan dengan matang. Artinya Bukalapak juga mengeluarkan uang pesangon yang tidak sedikit bagi karyawan yang terkena PHK. \"PHK yang dilakukan Bukalapak kan juga mengeluarkan ongkos yang lumayan besar untik membayar kompensasi. Nah, saya kira Bukalapak telah melakukan perhitungan dengan matang,\" ucap dia. Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core) Indonesia, Pieter Abdullah mengatakan, perekonomian yang tidak stabil tentu akan memengaruhi iklim investasi, salah satunya menunda investor untuk menyuntikkan modal ke bisnis e-commerce. \"Pekonomian global saat memang sedang dipenuhi ketidakpastian. Sehingga memengaruhi minta investasi asing, termasuk investasi di startup,\" ucap Pieter kepada Fajar Indonesia Network (FIN), kemarin (11/9). Lanjut Pieter, dengan melambatnya aliran investaso otomatis keuangan uncorn akan menjadi sulit. Karena unicorn masih bergantung dari dana-dana investor, dan belum bisa menghasilkan keuntungan. \"Jadi wajar bila di tengah melambatnya aliran dana investor ada startup yang melakukan efisiensi dengan mengurangi pegawai,\" ucap dia. Sebelumnya, pihak Head of Corporate Communication Bukalapak Intan Wibisono mengungkap, bahwa perusahaannya sedang menata diri sehingga menjadi lebih dewasa. \"Bukalapak sudah tumbuh sebesar dan secepat ini dalam kurun waktu singkat. Di skala perusahaan seperti ini tentunya kami perlu menata diri dan mulai beroperasi layaknya perusahaan yang sudah dewasa, atau bisa kami sebut sebagai a grown up company,\" ujar dia melalui pesan elektronik, WhatsApp.(din/fin)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: