Bunker Peninggalan Belanda Kondisinya Memprihatinkan

Bunker Peninggalan Belanda Kondisinya Memprihatinkan

MAGELANG TENGAH - Kota Magelang di zaman kolonial merupakan daerah strategis dari berbagai aspek. Hal itu diwujudkan dengan dijadikannya Magelang sebagai kekuatan militer Hindia Belanda, puluhan tahun silam. Tak pelak, sejumlah bangunan-bangunan bersejarah acap ditemui di sini. Salah satunya bunker yang ada di Kampung Kwarasan Kelurahan Cacaban Magelang Tengah. Sayangnya, bunker peninggalan Belanda di Kota Magelang itu kini kondisinya tidak terawat. Bahkan bangunan yang didirikan sekitar tahun 1937 ini sekarang menjadi sarang kelelawar. Bunker tersebut berada di Jalan Doreng Timur Kampung Kwarasan, tepatnya di belakang Kantor Kecamatan Magelang Tengah. Banyak yang menduga jika bangunan itu adalah goa peninggalan Jepang, namun ternyata berupa bunker. Bunker ini memiliki lebar pintu masuk sekitar 1,5 meter dengan ketinggian bangunan 3,5 meter. Kemudian jalan masuk mirip lorong dan nantinya akan menemukan pintu kembali. Kondisi di dalam bunker ini gelap karena hanya ada satu lubang ventilasi udara. Terdapat enam ruangan, empat ruangan berukuran sekitar 3,5x3,5 meter dan yang dua ruangan berukuran kecil. Kemudian di dalamnya juga ada pintu keluar namun kondisinya tertutup tanah. Saat ini bunker tersebut dipenuhi sarang kelelawar. Saat masuk bunker ini, akan tercium bau tidak sedap yang berasal dari kotoran kelelawar. \"Ini bangunan zaman Belanda. Setahu saya, cuma untuk perlindungan atau apa, saya kurang tahu. Cuma tahu dari orangtua. Yang tahu persis bangunan itu orangtua, tapi sudah nggak ada,\" kata warga yang rumahnya berdekatan dengan bunker, Sugiarti (62), kemarin. Ia berharap bangunan ini bisa dijadikan lokasi wisata agar generasi penerus mengetahui sejarah yang ada. Bahkan sudah berulang kali disurvei dari Dinas Pariwisata, baik dari Semarang maupun Jakarta, namun sampai sekarang tidak ada tindak lanjutnya. \"Ya inginnya begitu (jadi lokasi wisata). Itu sudah berulang kali ditengok dari Dinas Pariwisata, dari Jakarta pernah, Semarang juga pernah, tapi ya cuma diketahui saja. Terus tindak lanjutnya nggak ada, tetap seperti itu,\" imbuhnya. Pegiat Komunitas Kota Toea Magelang (KTM), Bagus Priyana, mengatakan bangunan ini merupakan bunker atau tempat perlindungan. Pembangunan bunker ini sekitar tahun 1937 bersamaan dengan pembangunan Perumahan Kwarasan karya Herman Thomas Karsten. Pemerintah Hindia Belanda melalui LBD (Luchtgevaar en Luchtbescherming Diens), semacam lembaga perlindungan udara, membuat kebijakan dan mengimbau kepada warga masyarakat yang tinggal di Hindia Belanda untuk membuat tempat perlindungan. Termasuk bunker ini. \"Kalau di Magelang, (ancamannya) bencana Gunung Merapi dan perang,\" ujar Bagus. Lalu, katanya, pada tahun 1930, ketika Merapi meletus, ternyata banyak memakan korban di Magelang. Pada tahun 1937 Pemerintah Hindia Belanda mencium adanya agresi dari Jepang, sehingga kewaspadaan pun ditingkatkan. Dalam membangun bunker, kata dia, Pemerintah Hindia Belanda membuat beberapa kategori, semisal untuk keluarga khususbisa, kawasan permukiman seperti di Kwarasan dan di sekolah-sekolah. Khusus di Kota Magelang, ketika terjadi bencana Pemerintah Belanda membunyikan sirene yang berada di atas watertorn (Alun-alun). Sirene tersebut kemudian terkoneksi di tiga menara bengung, yang berada di Kemirirejo, Plengkung, dan Potrosaran. \"Ketika bengung berbunyi, masyarakat segera melakukan penyelamatan diri. Jadi korelasi antara menara bengung dengan ini bangunan ini ada,\" jelasnya. (wid)    

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: