Cerita Kepala Dinkes Kota Magelang tentang Perjuangan Perawat Hadapi Korona
MAGELANGEKSPRES.COM,Semua petugas medis yang berada di garda terdepan untuk melawan virus korona (Covid-19) menjadi sangat rentan terinfeksi. Kondisi ini tentu membuat mereka tertekan. Ditambah dengan pakaian alat pelindung diri (APD) yang punya banyak syarat dan tak semuanya bisa memakainya. Bahkan, para perawat dan petugas medis yang mengenakan APD dilarang makan dan minum, hingga menahan pipis selama enam jam. JIKA perang terbuka pecah maka, para tentara yang akan angkat senjata untuk membela rakyatnya. Dalam perang, musuh tentu akan terlihat jelas dan melawannya pun dengan cara jelas juga. Namun berbeda ketika virus korona (Covid-19) yang menyerang. Bukan dengan angkat senjata dan menerjunkan tentara, melainkan petugas medis dan para perawatlah yang berada di garda terdepan. Virus korona (Covid-19) sudah menjadi pandemi dunia dan Indonesia. Tak terkecuali di Kota Magelang. Bahkan virus itu telah menelan 1 korban jiwa di Kota Sejuta Bunga yang hanya memiliki luas 18,53 kilometer persegi ini. Berdasarkan data Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Magelang hingga, Selasa (31/3) siang, tercatat ada 14 orang ditetapkan sebagai pasien dalam pengawasan (PDP). Kemudian orang dalam pemantauan (ODP) sebanyak 165, yang seluruhnya tidak ada yang dirawat alias cukup dengan rawat jalan saja. Kemudian untuk ruang isolasi di tiga rumah sakit rujukan se-Kota Magelang dari 37 tempat tidur yang disiapkan sejauh ini tinggal tersisa 3 tempat tidur saja. Artinya, pasien terduga kasus Covid-19 hampir memenuhi semua ruang isolasi yang ada. Kepala Dinkes Kota Magelang dr Sri Harso mengatakan, di RSUD Tidar tersisa 1 tempat tidur dari 10 tempat tidur yang tersedia. Kemudian di RST dr Soedjono dari 17 tempat tidur hanya tersisa 1 tempat tidur dan di RSJ dr Soerojo juga tersisa 1 tempat tidur dari 10 tempat tidur yang disiapkan menangani masalah Covid-19. Fakta tersebut membuktikan jika perawat dan petugas medis maupun dokter memfokuskan untuk menangani kasus Covid-19. Sebanyak 34 pasien yang mengeluhkan gejala mirip dengan virus korona kini tengah dirawat intensif di tiga rumah sakit rujukan tersebut. Penanganan pasien yang memiliki gejala covid ini pun tidak boleh sembarangan. Perawat dan dokter wajib mengenakan alat pelindung diri (APD). \"Anda mungkin jika melihat kerja perawat dan dokter menangani masalah virus korona ini pasti akan menangis. Karena mereka nggak boleh makan dan minum, harus nahan pipis juga selama enam jam. Bayangkan betapa tersiksanya mereka sebagai garda terdepan melawan Covid-19 ini,\" kata Sri Harso di command center kompleks Kantor Walikota Magelang saat menggelar konferensi pers daring, Selasa (31/3). Ia mengaku sempat menanyakan kondisi para perawat yang penuh risiko itu. Jawabannya pun mencengangkan. \"Mereka katakan kalau stress itu pasti. Mereka sangat butuh sekali semangat. Mari kita doakan agar perawat dan dokter kita selalu diberikan kesehatan untuk melawan virus korona ini,\" ujarnya. Sri Harso pun memerintahkan semua direktur rumah sakit untuk memperhatikan kesehatan para perawat maupun petugas medis, para medis, dan dokter agar memberikan asupan gizi yang bagus. Para direktur rumah sakit harus mengganti shift (jadwal kerja) mereka. \"Saya sudah minta, perawat yang berjaga PDP Covid-19 sehingga harus memakai APD ini dirolling tiap seminggu sekali. Jadi seminggu untuk kerja dan seminggu untuk istirahat di rumah. Mereka juga harus rajin dirappid test,\" paparnya. Selain itu, para perawat yang menangani masalah Covid-19 menurut rencana akan diberikan penghargaan dari Pemkot Magelang. Menurut Sri, kepedulian itu akan diwujudkan berupa sertifikat. \"Meski hanya berbentuk kertas tapi itu akan terkenang untuk anak dan cucu mereka kelak, bahwa mereka pernah membantu menjadi pahlawan ketika perang melawan virus berbahaya terjadi,\" ungkapnya. Mantan Direktur RSUD Tidar Kota Magelang itu meminta, mengingat perjuangan para tenaga medis dan perawat yang begitu besar, masyarakat hendaknya mendukung mereka, menyemangati mereka, mendoakan mereka, dengan cara tetap tingggalah di rumah. \"Mereka saya pantau di status media sosial dan WA sering memuat dan mengajak masyarakat untuk tinggal di rumah saja, biar kami yang bekerja. Ini membuat mereka semangat bekerja, berjibaku, bahkan sampai nyawa taruhannya,\" katanya. Dia berharap masyarakat bisa memahami kinerja para petugas medis dan perawat dengan mulai mendisiplinkan diri tetap tinggal di rumah, rajin cuci tangan dengan sabun, dan menerapkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS). (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: