Daya Saing Riset Indonesia Melorot
MAGELANGEKSPRES.COM,JAKARTA - Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek) mencatat, bahwa rdaya saing riset Indonesia pada tahun 2020 turun ke peringkat 50, dari tahun sebelumnya menempati urutan 45. Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/Kepala BRIN) Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro menekankan, universitas untuk lebih giat berinovasi dalam meningkatkan daya saing dan inovasi di bidang riset. \"Dari riset daya saing dunia di 2019, Indonesia ranking ke-50, dan ini turun dari tahun sebelumnya di urutan 45. Ini jadi pekerjaan penting kita bersama,\" kata Bambang, Senin (20/1) Bambang menuturkan, bahwa ada banyak faktor yang menyebabkan ranking inovasi Indonesia masih rendah, diantaranya karena banyak permasalahan yang butuh penyelesaian bersama dengan menerapkan konsep Triple Helix. \"Saya berharap universitas dapat berkontribusi pada ekonomi nasional melalui inovasi-inovasi yang diciptakan dosen dan mahasiswa. Hal ini diperlukan untuk mendukung Indonesia menjadi negara maju,\" ujarnya. Bambang mengatakan, inovasi tak akan mampu berjalan sendirian. Menurutnya, inovasi harus ditemani dengan langkah-langkah yang mendorong terjadinya riset sebagai awal dari inovasi. \"Harus dimulai dari hulunya, mulai dari riset yang sifatnya dasar, lalu terapan, lalu muncul inovasi yang kemudian ketika dihilirkan menjadi komersial,\" terangnya. Untuk itu Bambang meminta, kegiatan penelitian harus dilakukan lebih giat lagi. Karena inovasi lahir bukan hanya proses satu malam. \"Akan ada proses panjang dalam kegiatan riset hingga pengembangan,\" ujarnya. Direktur Eksekutif Core Mohammad Faisal mengatakan, bahwa dalam hal ini Indonesia kalah cepat dibandingkan negara lain dalam meningkatkan daya saing, tetapi juga menggambarkan Indonesia hanya unggul dalam aspek ukuran pasar domestik. \"Kelemahan daya saing kita yang paling besar kalau dilihat indikator-indikatornya salah satunya memang dalam hal inovasi, adopsi teknologi informasi, dan ketenagakerjaan,\" katanya. Menurut Faisal, ke depan pemerintah perlu menggalakkan riset yang sesuai dengan kebutuhan pasar sehingga riset yang diselenggarakan dapat dimanfaatkan. \"Riset harus memiliki realisasi dan dampak yang konkret kepada sektor riil serta mendorong daya saing industri,\" ujarnya. Terkait dengan ketenagakerjaan, lanjut Faisal, pemerintah perlu memberikan insentif yang mampu mendorng peningkatan skill dan produktivitas. Peneliti Indef Bhima Yudhistira menilai , penurunan daya saing Indonesia pada level global disebabkan hambatan regulasi dan kurang siapnya Sumber Daya Manusia (SDM). \"Terlebih lagi, faktor pendukung seperrti kurangnya akses internet di luar Jawa, serta ketersediaan air bersih yang belum merata,\" katanya. (der/fin)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: