Dua Kabupaten Komitmen Jaga Sindoro-Sumbing

Dua Kabupaten Komitmen Jaga Sindoro-Sumbing

MAGELANGEKSPRES.COM, TEMANGGUNG - Pasca rangkaian Festival Sindoro Sumbing (FSS) cukup menyedot perhatian publik. Bersama Pemkab Wonosobo, Pemkab Temanggung pun akan berkomitmen menjaga kelestarian lingkungan di lereng Sindoro dan Sumbing yang menjadi wilayah kekuasannya. \"Kami sudah berkomitmen, lingkungan menjadi yang utama. Kami akan terus kampanyekan dan bertindak nyata untuk kelestarian Sindor dan Sumbing,\" kata Bupati Temanggung M Al Khadziq, kemarin. Ia mengatakan, FSS secara seni budaya berupaya merangkul masyarakat agar tergugah hatinya untuk bersama-sama menjaga alam. Diakui saat ini kondisi Sumbing-Sindoro sudah banyak yang rusak akibat eksploitasi alam yang berlebihan. \"Ada banyak agenda yang akan kita lakukan untuk kelestarian alam, Temanggung sendiri punya program desa bebas sampah plastik di 2020. Nah upaya itu mulai dari sekarang dan penyelenggaraan FSS ini yang dilakukan secara alami,\" ujarnya. Upaya lain adalah dengan melakukan penghijauan atau konservasi terutama di daerah resapan air di lereng Sumbing Sindoro. Mengingat saat ini sudah banyak mata air yang kering dan debitnya berkurang. Dampak itu sudah dirasakan terutama di musim kemarau pasti banyak daerah yang dilanda kekeringan. \"Kita akan melakukan penanaman pohon tapi menunggu di musim penghujan nanti karena tidak mungkin dilakukan di musim kemarau. Ini mengingat di daerah recharge area itu sudah tidak ada pohon, jadi kita ingin mulai menanam pohon,\" katanya. Sebelumnya saat Puncak FSS di Desa Kledung Kecamatan Kledung beberapa waktu lalu, Kepala Seksi Seni dan Budaya Disparbud Kabupaten Wonosobo Fatonah Ismangil menuturkan hal yang sama. Berangkat dari FSS yang digarap oleh dua kabupaten akan berlanjut pada upaya pelestarian alam Sumbing-Sindoro. Wonosobo sendiri sudah mengawali sejak digelarnya Festival Balon Udara, di mana hal itu dilakukan di lokasi galian C atau tambang liar. \"Kita sengaja gelar di situ biar semua tahu bahwa galian C itu merusak alam biar yang melakukan hal itu nanti malu dan sadar. Jadi upayanya saat ini melalui budaya, tapi itu tidak bisa dilakukan sendiri harus ada kesadaran dari semua pihak,\" katanya. Dikatakan, Pemkab Wonosobo juga melakukan itu saat gelaran FSS khususnya di wilayahnya. Pada berbagai acara terutama yang menyuguhkan konsumsi, penyajiannya tidak akan menggunakan bahan sintetis melainkan dengan besek yang terbuat dari anyaman bambu beralaskan daun. \"Kita akan menggunakan besek untuk semua makanannya yang dilapisi daun menunya pun tradisional jadi secara tidak langsung itu ikut menjaga kelestarian alam dengan mengurangi sampah yang tidak terurai. Kemudian melestarikan tumbuhan bambu,\" katanya. Fatonah berharap kerjasama Temanggung-Wonosobo akan terus berlanjut di masa-masa mendatang dengan melibatkan organisasi masyarakat terutama juga untuk membesarkan seni budaya di daerah serumpun ini. Dia pun menyambut baik dengan adanya sendratari Mapageh Sang Watukulumpang di perbatasan Temanggung-Wonosobo yang ke depan diharapkan juga bisa meningkatkan taraf hidup masyarakat dua wilayah. Kedepan festival seperti ini bisa menjadi agenda tahunan yang bisa semakin mengerakan masyarakat untuk lebih peduli dengan lingkungan terutama di Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing. \"Kami akan mencoba terus bergandengan tangan, agar lingkungan bisa semakin bagus. Masyarakat juga semakin peduli,\" katanya. (set) 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: