Edi Tak Lagi Ragukan BPJS Kesehatan

Edi Tak Lagi Ragukan BPJS Kesehatan

MAGELANGEKSPRES.COM,Peran BPJS Kesehatan amat dirasakan masyarakat berbagai lapisan. Terlebih, bagi mereka yang harus menuntaskan persoalan kesehatan dengan banyak biaya di tengah melemahnya ekonomi akibat pandemi Covid-19. Kondisi itu antara lain dialami oleh Edi Darmawan (31), warga RT 01 RW 02 Desa Tanjung Kecamatan Ngombol Kabupaten Purworejo. Wajah Edi yang tertutup masker tetap tampak berseri saat menunggu antrean periksa di depan ruang Klinik Bedah Mulut Maksilo Fasial RSUD Dr Ttjitrowardojo Purworejo, Sabtu (29/8) pagi. Duduk berjarak dengan pasien lain, sesekali diterawangnya hasil rontgen panoramik gigi sebelum operasi yang dibawa dengan amplop coklat ukuran jumbo. Gesture tubuh dan sorot matanya menggambarkan kelegaan:Selamat tinggal sakit gigi! “Rasanya lega sekarang, meski belum sembuh total,” kata Edi mengawali percakapan dengan Purworejo Ekspres. Ya, pria yang mengabdi sebagai karyawan di SMP Ulul Albab Purworejo itu memang baru menjalani operasi akibat gigi geraham bagian kanan bawah divonis impaksi. Kondisi gigi yang terjebak di dalam gusi, tumbuh miring, dan menabrak gigi sebelahnya. “Ini kontrol pertama. Kemarin Senin (24/8) sudah operasi cabut gigi dan rawat inapnya tiga hari, mulai Minggu sampai Selasa,” sebutnya. Baca Juga Penyelenggara Turnamen Diimbau Terapkan Protokol Covid Edi mengaku operasi pengangkatan dua gigi bungsunya cukup menengangkan. Tak seperti yang dibayangkan. Maklum, itu pengalaman perdananya mengenakan baju serba hijau, dibius, dan terbaring di meja bedah. Belum lagi harus ditembus jarum infus dan rawat inap dengan prosedur protokol kesehatan ketat. Dengan detail Edi lalu bercerita. Awalnya ia sempat ragu untuk memanfaatkan kartu JKN-KIS kelas 3 yang sudah bersarang di dompetnya sejak lama. Di benaknya terbesit bahwa layanan dengan BPJS Kesehatan berbelit-belit, tidak sebaik dan secepat layanan umum. Saat kali pertama mendaftar rawat jalan di RSUD sebulan lalu, ia pun memilih loket umum. Beruntung, dokter yang menangani di Klinik Bedah Mulut, drg Arlita Tri Sulistyandari Sp BMM, menyarankan untuk pakai BPJS Kesehatan. Dokter perempuan ramah itu juga memastikan bahwa pasien JKN tidak dibeda-bedakan dengan pasien lain. “Waktu itu karena keburu sakit, saya pikir lebih cepat dan penanganannya lebih baik kalau pakai umum. Tapi ternyata kata dokter biayanya lumayan kalau pakai umum, bisa jutaan. Akhirnya saya urus rujukan dari Faskes pertama, hari berikutnya ke RSUD lagi dijadwalkan operasi,” sebutnya. Keyakinan Edi untuk pakai BPJS menguat saat mendengar pengalaman seorang temannya yang juga wartawan. Dari ceritanya saat mengakses layanan operasi impaksi di RSUD menggunakan BPJS, pelayanan sejak awal sampai purna sesuai standar. Keduanya ternyata benar. Sejak hari pertama rawat inap sampai keluar, semua lancar. Tak ada yang berbelit-belit. Fasilitas kamar memadai, tenaga kesehatannya profesional, tindakan medis dan obat yang diberikan optimal. Ia juga jadi tahu ternyata banyak kemudahan layanan via digital. Contohnya, pada saat mendaftar. “Dokter mau mengoperasi karena kasus impaksi saya ini darurat harus segera ditangani. Kalau untuk yang tidak darurat mungkin ditunda dulu sampai pandemi membaik,” sebutnya. “Memang tindakan selama pandemi ini agak beda. Ada rontgen dada dan rapid test dulu untuk memastikan pasien bebas corona,” sambungnya. Kini, Edi lega karena bisa kembali leluasa kerja. Ia juga bersyukur karena nyeri gigi yang dialaminya berbulan-bulan teratasi tanpa biaya. “Dulu sebelum operasi, setiap nyeri dan periksa di dokter umum praktik tanpa BPJS habisnya juga lumayan. Alhamdulillah, untuk operasi ini saya tidak jadi mengeluarkan banyak uang. Bisa dipakai untuk kebutuhan lain, apalagi pandemi ini memang ekonomi sedang sulit,” pungkasnya. Sekilas kisah Edi bisa jadi dialami pasien lain. Pasalnya, komitmen untuk memberikan layanan optimal tanpa membeda-bedakan status pasien sudah diterapkan RSUD sejak lama. Termasuk pada masa pandemi ini. “Kualitas pelayanan jadi prioritas. Memang selama pandemi ini kita ikuti protokol kesehatan yang baru untuk memproteksi pasien maupun tenaga medis,” kata Suyatman AMK SE MM, Kasi Pelayanan 1 RSUD Dr Tjitrowardojo Purworejo saat dikonfirmasi di ruang kerjanya bersama Kasubbag Humas, Leli Dewi Pramudyani SKM MM. Berbagai inovasi pun digulirkan demi kemudahan layanan. Salah satunya memaksimalkan sitem online, mulai dari rujukan berjenjang hingga pendaftaran pasien. Masyarakat juga mudah mengetahui informasi layanan lewat website. “Sistem online kita sudah lama dan pada masa pandemi ini memang sangat penting untuk mengurangi bertemunya pasien. Sekarang sudah ada 5 loket pendaftaran untuk pasien umum dan JKN,” ungkapnya. Terpisah, Kepala BPJS Kesehatan Cabang Kebumen, Wahyu Giyanto, menyebut tahun 2020 ini adalah tahun pelayanan dan kepuasan peserta. Karena itu, berbagai upaya dilakukan BPJS Kesehatan, antara lain optimalisasi menu di Mobile JKN. Melalui aplikasi itu, para peserta bisa mengakses banyak layanan baru. Ada konsultasi dokter, relaksasi tunggakan iuran, dan skrining mandiri Covid-19. Ada juga layanan Chika dan Vika. Chika merupakan layanan informasi dan pengaduan lewat chatting yang direspons artificial intelligent/sistem. Chika dapat diakses facebook massengger, telegram, dan whatsApp. Adapun Vika merupakan layanan informasi bermesin penjawab untuk mengecek status tagihan dan kepesertaan JKN-KIS melalui BPJS Kesehatan Care Center 1500 400  nonstop 24 jam. “Layanan BPJS Kesehatan sekarang ada dalam genggaman. Optimalisasi ini demi pelayanan dan kepuasan peserta,” terangnya. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: