Guru Harus Lebih Peka pada Siswa

Guru Harus Lebih Peka pada Siswa

MAGELANGEKSPRES.COM,JAKARTA - Aksi bunuh diri yang dilakukan oleh seorang siswa SMPN 147 Jakarta dengan cara melompat dari lantai 4 sekolah beberapa waktu lalu menarik keprihatinan banyak pihak, khususnya para kalangan pendidikan. Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) bidang Pendidikan, Retno Listyarti mempertanyakan peran wali kelas dan guru Bimbingan Konseling SN. Menurut KPAI, keduanya sebagai sosok orang tua di sekolah, namun tidak menunjukkan empati dan kepekaan terhadap masalah yang dihadapi SN. \"Sejatinya, orang dewasa di sekitar anak, baik orang tua maupun guru memiliki kepekaaan sehingga bisa mendeteksi gejala-gejala depresi seorang anak, agar dapat mencegah anak-anak melakukan tindakan bunuh diri,” kata Retno, Senin (20/1) Retno juga mempertanyakan, sekolah yang tak segera melaporkan ke polisi. Sehingga pihak kepolisian dapat segera melakukan penyelidikan motif maupun kebenaran dugaan bunuh diri tersebut. \"KPAI akan mendalami hal ini, karena selama peserta didik berada di sekolah, maka sekolah wajib melakukan perlindungan anak,\" ujarnya. Namun, terkait motif SN melakukan percobaan bunuh diri apakah karena perudungan atau masalah keluarga, kata Retno, KPAI sepenuhnya menyerahkan kepada polisi. Pengamat pendidikan, Muhammad Nur Rizal menambahkan, ke depan perlu dipahami bahwa peristiwa ini hendaknya menjadi kesadaran nasional dalam menciptakan sekolah sebagai rumah kedua dengan ekosistem yang positif. \"Sekolah harus menjadi rumah kedua sebagai tempat curhat bagi anak untuk mencurahkan permasalahannya,\" kata Rizal. Menurut Rizal, bunuh diri dapat dipengaruhi atas dua faktor, yakni permasalahan rumah tangga ataupun perundungan (bullying) di lingkungan sekolah yang menjadi pengaruh timbulnya stres pada anak. \"Kedua faktor ini dapat menjadi faktor yang menimbulkan stres bagi anak\" ujarnya. Terlebih lagi, lanjut Rizal, jika perundungan terjadi di dua tempat, maka anak akan tertekan sehingga tidak memiliki rujukan untuk menyandarkan keluh-kesahnya dan dapat kehilangan harapan. \"Hal inilah yang menyebabkan kebahagiaan (well being) seorang anak dapat terganggu,\" ucapnya. Ketua PB PGRI Dudung Nurullah Koswara menekankan, bahwa guru harus lebih peka terhadap setiap anak didiknya. Menurutnya, rasa kepekaan ini perlu untuk dimiliki untuk menjaga kenyamanan dan kesehatan mental seorang siswa. \"Guru mestinya secara aktif mendeteksi dinamika personal anak didik. Terutama guru yang bertugas di kesiswaan, guru BK, dan para wali kelas harus benar-benar sensitif bekerja,\" katanya. Dudung merasa prihatin, ketika sekolah ramah anak (SRA) sedang digaungkan justru terjadi peristiwa bunuh diri siswa di sekolahnya. \"Saya melihatnya, keputusan bunuh diri tersebut merupakan tumpukan dari masalah yang diderita oleh SN selama ini,\" ujarnya. Menurut Dudung, mendidik, mengajar, dan mengasuh anak didik tidak bisa sekadar klasikal atau kolosal lagi. Para guru dan kepala sekolah tidak gugur tugasnya saat mengajar klasikal di ruang kelas atau memberi informasi secara kolosal saat upacara. \"Dibutuhkan pendekatan personal. Di sinilah letak kompetensi pedagogik guru diuji,\" pungkasnya. (der/fin)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: