Hari Tani, Petani Malah Terpukul, Tuntut Harga Pasar yang Menguntungkan
MAGELANGEKSPRES.COM,WONOSOBO- Peringatan Hari Tani Nasional tahun 2020 penuh keprihatinan. Ribuan petani menjerit lantaran harga hasil tani memburuk sejak bulan lalu. \"Yang sudah mengeluh ke saya 20 orang. Bahkan hari ini tiga petani perempuan menangis karena harga sayuran kol cuma Rp200 sehingga dibiarkan membusuk,\" ungkap Ketua Kelompok Tani Karya Maju Desa Sigedang, Kejajar, Sucipto Mangkudiharjo, kemarin. Menurutnya, harga produk pertanian baik itu sayuran ataupun komodita lainnya seperti tembakau, harganya ambyar, hancur lebur. Bahkan dibawah harga ongkos angkutnya. \"Ini benar benar parah, harga ongkos angkut kol per kilo sudah Rp350. Namun harganya Rp200. Akhirnya ya dibiarkan saja membusuk di lahan,\" ucapnya saat memberikan sambutan pada Peringatan Hari Tani Nasional tahun 2020. Ambruknya harga hasil pertanian memang tidak terjadi tahun ini saja, petani sudah sering mengalaminya. Namun tahun ini paling parah lantaran tidak hanya satu jenis komodita, tapi hampir menyeluruh. \"Tahun ini yang paling parah banyak jenis sayuran yang harganya hancur, termasuk harga tembakau juga buruk,\" ucapnya. Baca Juga Lewati Puncak Gelombang Kedua, Pertambahan Covid-19 di Wonosobo Fluktuatif Jika pemerintah tidak mengambil tindakan cepat, Sucipto memprediksi ribuan petani bakal sengsara dan putus asa. Dampaknya ketahanan pangan terancam. \"Petani itu penyangga tiang negara. Jika ambruk, maka hancur negara ini,\" tandasnya. Maka pemerintah daerah perlu memiliki kebijakan yang jelas dan sistematis dalam mengembangkan sektor pertanian dengan memberikan akses yang luas kepada petani dan memastikan harga pertanian yang menguntungkan petani. Sementara itu, aktivis PMII Wonosobo, Hasmi, mengemukakan, pemerintah belum berpihak kepada petani. Negara belum hadir membantu dan menyelamatkan petani. \"Ketimpangan akses lahan dan pasar antara petani dan korporasi begitu timpang. Petani Indonesia di bibir jurang kebangkrutan, ini bahaya,\" bebenya. Hal tersebut terlihat dari susahnya petani mengakses secara legal perhutanan sosial di sisi lain, korporasi difasilitasi mendapatkan modal sekaligus lahannya untuk membuka perkebunan baru. Namun pihaknya yakin petani di indonesia termasuk di Wonosobo tidak mudah menyerah. Mereka akan terus berjuang hingga kemakmuran tercapai. Peringatan tersebut digelar di Desa Sigedang Kecamatan Kejajar, secara sederhana dan terbatas mengikuti prorokol kesehatan. Dihadiri oleh Kapolsek Kejajar, perwakilan kelompok tani desa setempat, tokoh agama dan Pemerintah Desa Sigedang. ( gus)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: